E-LEARNING
UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN
KOMPETENSI
GURU PENDIDIKAN JASMANI
Aris
Priyanto*
ABSTRAK
Guru
Pendidikan Jasmani (Penjas) juga ikut mendukung tercapainya kualitas
pendidikan. Oleh karena itu peningkatan kompetensi guru Penjas perlu kiranya
mendapatkan perhatian yang serius. Salah satu upaya yang yang perlu dilakukan
adalah mengembangkan dan memanfaatkan keberadaan e-learning bagi guru-guru Penjas. Karena sampai saat ini
penyelenggaraan diklat atau jenis lainnya belum mampu menjangkau sasaran guru
Penjas yang sangat besar.
Pendahuluan
Untuk mewujudkan kualitas pendidikan,
maka tidak bisa terlepas dari upaya pengembangan profesi Pendidik secara
berkelanjutan. Salah satu yang menjadi prioritas adalah peningkatan kompetensi
guru Pendidikan Jasmani (Penjas). Hal ini tentunya akan menjadi pemicu untuk melakukan
inovasi pembelajaran melalui pendekatan teknologi pendidikan. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah mengembangkan pembelajaran berbasis elektronika (e-learning).
Jika
kita cermati saat ini, peningkatan kompetensi guru Penjas masih kurang memadai
jika dibandingkan dengan jumlah sasaran guru Penjas. Sedangkan yang ada lebih
banyak mengandalkan kegiatan diklat, magang, group diskusi terfokus, seminar,
MGMP, KKG yang membutuhkan biaya besar dan menyita waktu yang banyak. Oleh
karena itu perlu dipersiapkan secara cermat untuk mengembangkan e-learning, sehingga kehadirannya dapat
benar-benar dimanfaatkan oleh guru Penjas.
Pembahasan
A. Analisis Tugas Guru Pendidikan Jasmani (Penjas)
Keunikan tugas guru Penjas terletak
pada misi yang yang diemban untuk mencapai tujuan pendidikan yang bersifat
menyeluruh. Meskipun keterjadian proses belajar ditandai dengan aneka aktivitas
jasmani sebagai pengalaman belajar, tetapi seluruh adegan pendidikan, juga tertuju
pada peningkatan kemampuan penalaran dan pengembangan sifat-sifat kepribadian,
sesuai dengan ciri pendekatan kurikuklum 2013.
Tousignant dan Siedentop (1982)
mengklarifikasikan tugas yang dilaksanakan oleh guru Penjas menjadi: 1) tugas
manajerial, mencakup pengecekan kehadiran dan kelengkapan pakaian. 2) tugas
instruksional yang difokuskan pada fase transisi, mencakup pengorganisasian
kelompok, dan penempatan serta pengaturan perlengkapan. Tugas yang diemban guru
Penjas untuk mencapai taraf efektifitas mengajar yang memuaskan mencakup
beberapa dimensi manajemen, meliputi: 1) menajemen tugas-tugas ajar, 2) manajemen
perilaku, dan 3) menajemen waktu serta perlengkapan. Guru Penjas memainkan
peranan sebagai perencana, manajer, kolega, profesional pendidikan jasmani,
konselor (guru pembimbing), dan representatif sekolah (Siedentop, Herkowitz,
dan Rink, 1984).
Menjadi guru Penjas jauh lebih pelik
dari bidang studi lainnya. Sebagai pengalaman belajar yang dikemas dalam
kurikulum, pendidikan jasmani lebih rumit karena beberapa alasan. Pertama,
tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, karena bukan hanya untuk
meningkatkan aspek fisik dengan beberapa unsur yang relevan, misalnya untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh. Kedua, pencapaian tujuan
yang dimaksud bergantung pada tugas-tugas ajar, yang dalam hal ini, berupa
aktivitas jasmani dalam bentuk kegiatan bermain atau olahraga. Ketiga,
bagaimana metode mengajar untuk mengantarkan tugas ajar sebagai rangsangan bagi
petumbuhan juga ikut memberikan andil bagi pencapaian tujuan pendidikan.
Keempat, faktor lingkungan yang meliputi aspek fisik, seperti sarana dan
prasarana olahraga menentukan, apakah kegiatan belajar mengajar dapat
berlangsung dengan lancar. Kelima, faktor atmosfir belajar, suasana psikologis
yang tergambar dalam reaksi emosi semua personil sekolah, termasuk guru dan
siswa.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
kunci utama terletak pada kompetensi guru-guru Penjas untuk mengelola poses
pembelajaran, yang meliputi, Pengelolaan: tugas-tugas ajar, perilaku siswa,
alat dan fasilitas olahraga, administrasi, dan waktu, kesemua pengeloaan itu
dapat dipermudah dengan pemanfaatan E-learning.
B. Definisi dan Hakekat E-Learning
Definisi e-learning: (1) E-learning
merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan
ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan
computer lain (Hartly, 2001). (2) E-learning
adalah system pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendudkung
belajar mengajar dengan media internet, jaringan computer, maupun computer standalone (Learn Frame.Com, 2001).
Sedangkan istilah e-learning
merupakan frase yang tersusun dari dua kata Electronic
disingkat E, dan Learning yang dalam
bahasa Indonesia berarti pembelajaran. Dengan demikian E-Learning memiliki pengertian “pembelajaran dengan menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi”
Hakekat
e-learning merupakan suatu jenis pembelajaan
yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke peserta didik dengan
menggunakan media internet, intane atau jaringan computer lainnya. e-learning selalu diidentikan dengan
penggunaan internet, namun sebenarnya media penyampaiannya sangat beragam dari
internet, intranet, cd, dvd, mp3, PDA dan lain-lain. Penggunaan teknologi
internet pada e-learning umumnya
dengan pertimbangan memiliki jangkauan yang luas, biaya relative lebih murah. e-learning bisa mencakup pembelajaran
secara formal maupun formal, e-learning
secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata
pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah
disepakati. e-learning bisa dilakukan
secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, diantaranya e-learning bisa mencakup pemanfaatan
computer dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran, termasuk di
dalamnya penggunaan: (1) Mobile, (2) Technologies seperti PDA dan MP3 player (3) Juga penggunaan teaching materials berbasis web dan hypermedia, multimedia CD-ROM atau web sites, forum diskusi, e-mail,
blogs, wiki. Mailing list, facebook, twiter.
Dengan
demikian e-learning adalah
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi computer, jaringan computer dan/atau
internet. E-learning memungkinkan peserta
didik untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus
secara fisik datang mengikuti pembelajaran di sekolah/kelas, e-learning dapat juga dipahami sebagai
bentuk pembelajaran berbasis web yang
bisa diakses dari internet di jaringan lokal atau internet. Materi e-learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi
secara off-line menggunakan CD/DVD
pun termasuk pola e-learning. Dalam
hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya peserta didik dapat
memanfaatkan CD/DVD tersebut serta dapat belajar di tempat lokasi yang
bersangkutan.
C. Manfaat
E-Learning
Beberapa
manfaat e-learning secara umum telah
banyak ditulis oleh para pakar atau praktisi yang secara langsung menggunakan e-learning, setidaknya manfaat yang
dapat diperoleh yakni, sebagai berikut:
- Flesibilitas. E-learning memberikan flesibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses materi sajian dalam bentuk paket pembelajaran. Guru Penjas tidak perlu bertatap muka langsung di kelas dengan siswa, e-learning bisa diakses dari tempat mana saja yang memiliki akses ke internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan telepon seluler jenis tertentu), semakin mudah mengakses e-learning.
- “Independent Learning”. E-learning memberikan kesempatan kepada guru Penjas untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar di kelas masing-masing siswa, artinya siswa sebagai subyek diberi keleluasaan untuk menentukan kapan akan memulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dahulu. Siswa bisa memilih mulai dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dahulu, ataupun bisa melewati saja bagian yang siswa anggap kuasai. Jika siswa mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, siswa bisa mengulang-ulang lagi sampai siswa mampu memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum siswa pahami, peserta didik bisa menghubungi guru Penjas melalui email atau mengikuti dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu. Jika guru Penjas tidak bisa mengikuti dialog interaktif, guru bisa membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di LMS (di Website pengelola). Banyak siswa yang merasa cara belajar independen seperti ini lebih efektif daripada cara belajar lainnya yang memaksakannya untuk belajar dengan urutan yang telah ditetapkan.
- Biaya. Dengan menggunakan e-learning, akan lebih menghemat biaya. Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar dan akomodasi selama belajar, biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan tunjangan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar (misalnya : penyewaan atau penyediaan kelas, kursi, papan tulis, LCD player, OHP). Dengan demikian semakin banyak unit kerja dan individu guru Penjas yang memanfaatkan e-learning sebagai sarana untuk pelatihan dan pendidikan karena melihat berbagai manfaat yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis web-internet ini.
Mempertimbangkan
berbagai keterbatasan, apabila kegiatan peningkatan kompetensi guru Penjas yang
hanya mengandalkan kegiatan diklat, atau kegiatan sejenis yang memerlukan
pertemuan tatap muka. Maka kehadiran e-learning
memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses
materi pembelajaran. Guru Penjas tidak perlu mengadakan perjalanan menuju
tempat kegiatan diklat, karena e-learning
bisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke internet. Bahkan, dengan
berkembangnya mobile technologi
(dengan laptop, bahkan dengan telepon seluler tertentu), semakin mudah
mengakses e-learning.
E-learning atau proses
pembelajaran melalui media elektronik, terutama internet, saat ini dianggap
dapat menjadi salah satu solusi pendidikan bagi peserta didik yang tidak dapat
hadir secara fisik ke setiap pembelajaran/perkuliahan dan/atau sajian diklat.
Bagi instuisi pendidikan, teknologi di dalam e-learning dapat dijadikan media untuk semakin memperbaiki kualitas
dalam pembelajaran jarak jauh (distance learning). Jika semula e-learning terkesan sebagai pembelajaran yang pasif dan hanya satu
arah dari instruktur atau staf pengajar semata, setahap demi setahap hal ini
mulai diubah dan dilakukan pembaharuan. Oemar Hamalik, 2001 menyatakan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman
belajar.
Untuk
mendukung hasil program pembelajaran e-learning
dibutuhkan tim yang handal dan secara khusus mengelola dibidang masing-masing,
yaitu:
(1) Subject Matter
Expert (SME) atau
nara sumber yang memiliki kemampuan teknis dalam mengampu materi pembelajaran.
(2) Instructional
Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain
materi dari SME menjadi materi e-learning
dengan memasukan unsur metode pembelajaran agar materi menjadi lebih
interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari.
(3) Grahic
Designer (GD), mengubah materi text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan lay out yang eneak dipandang, efektif
dan menarik untuk dipelajari.
(4) Ahli bidang Learning
Management System (LMS), mengelola system di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur atau
membina dengan guru Penjas, antar guru Penjas dengan guru Penjas lainnya. Dalam
konteks ini yang dimaksudkan dengan Pembina adalah orang yang memiliki tanggung
jawab dan kewenangan dalam membina guru Penjas.
Di
sini, Guru Penjas sebagai pembelajar bisa melihat modul-modul yang ditawarkan,
bisa mengambil tugas-tugas dan test-test
yang harus dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan
instruktur, nara sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui MLS ini, guru Penjas
juga bisa melihat nilai tugas dan test
serta peringkatnya berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh. E-learning
tidak diberikan semata-mata oleh mesin tetapi seperti juga pembelajaran secara
konvensional di kelas, e-learning ditunjang oleh para ahli di bidang terkait.
Adanya fasilitas forum dan chating di
dalam media e-learning mulai mengubah
pandangan banyak orang akan pembelajaran melalui website yang aktif. Jika semula e-learning
dilihat sebagai aktifitas upload dan dowload materi pendidkan secara
besar-besaran melalui media internet, saat ini dituntut untuk dapat lebih
interaktif dan menekankan kolaborasi di dalam pembelajaran.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan e-learning bagi guru Penjas, sehingga e-learning dapat terimplementasi oleh guru Penjas dengan baik, maka
dibutuhkan tiga komponen utama yaitu: (1) Infrastruktur
e-learning, dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk di dalamnya teleconference
apabila kita memberikan layanan synchronous
learning melalui teleconference.
(2) Sistem dan Aplikasi e-learning: Sistem perangkat lunak
yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana managemen
kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, system penilaian (raport),
system ujian online dan segala fitur
yang berhubungan managemen proses belajar mengajar akan dikembangkan lebih
lanjut, dan (3) Content e-learning, konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning system (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam
bentuk Multimedia-based Content
(konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku
pelajaran biasa).
Parameter
untuk menerapkan strategi implementasi e-learning,
tergantung kebutuhan, kultur institusi, ketersediaan dana dan berbagai faktor
lain. Implementasi e-learning yang
kurang optimal biasanya bukan karena masalah tools, software atau infrastruktur. Tetapi kebanyakan karena human factor, karena beratnya beban
kultur kerja dan karena tidak adanya kemauan untuk knowledge sharing.
Penutup
Peningkatan kompetensi guru Penjas
memerlukan upaya yang sistematis dan berkesinambungan. Guna mewujudkan hal
tersebut, diperlukan inovasi pembelajar yang memberikan kesempatan dan
kemudahan bagi guru Penjas untuk belajar secara aktif. E-learning memungkinkan guru Penjas sebagai pembelajar untuk
meningkatkan kompetensinya tanpa harus secara fisik menghadiri kelas dan/atau
tempat kegiatan diklat. Interaksi
bisa dijalankan sacara on-line, off-line atau archieved.
Guru
Penjas dapat belajar dari komputer di sekolah ataupun di rumah dengan
memanfaatkan koneksi jaringan lokal, jaringan internet ataupun menggunakan media
CD/DVD yang telah disiapkan. Materi belajar dikelola oleh sebuah pusat penyedia
materi di unit kerja/instansi pembina atau lembaga penyedia content tertentu. Guru
Penjas dengan pendekatan e-learning
bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat dari mana mengakses materi.
Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet ataupun internet, guru
Penjas sebagai pembelajar dapat berpartisipasi dalam e-learning. Jumlah guru Penjas yang bisa ikut berpartisipasi tidak
dibatasi dengan kapasitas kelas. Meteri pelajaran diklat diketengahkan dengan
kualitas yang lebih standar dibandingkan dengan kelas konvensional yang
tergantung pada kondisi dari narasumber/fasilitator.
*Aris
Priyanto Guru Penjas SMAN 1 Yogyakarta
Daftar
Pustaka
Darling
E-Hartly, (2001) Selling E-Learning,
American Society for Training and Development
Glosarry,
(2001), Glossary of E-Learning Term,
LernFream.com
Muktiono
Waspodo, 2012. Keberadaan
e-learning untuk Mendukung Peningkatan Kompetensi guru Bimbingan Konseling. Jurnal Kependidikan PPPTK Jakarta.
Sukmadinata,
Nana Syaodih, 2009. Pengembangan Kurikulim, Teori dan Praktik. Bandung: PT, Remaja Rosda Karya
Oemar Hamalik. (2003). Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Saud, Udin Saefudin, (2009), Pengembangan
Profesi Guru, Penerbit: CV. Alfabeta, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar