Selasa, 08 Oktober 2013

E-LEARNING UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI



E-LEARNING UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN
KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI
Aris Priyanto*
ABSTRAK
            Guru Pendidikan Jasmani (Penjas) juga ikut mendukung tercapainya kualitas pendidikan. Oleh karena itu peningkatan kompetensi guru Penjas perlu kiranya mendapatkan perhatian yang serius. Salah satu upaya yang yang perlu dilakukan adalah mengembangkan dan memanfaatkan keberadaan e-learning bagi guru-guru Penjas. Karena sampai saat ini penyelenggaraan diklat atau jenis lainnya belum mampu menjangkau sasaran guru Penjas yang sangat besar.
Pendahuluan
            Untuk mewujudkan kualitas pendidikan, maka tidak bisa terlepas dari upaya pengembangan profesi Pendidik secara berkelanjutan. Salah satu yang menjadi prioritas adalah peningkatan kompetensi guru Pendidikan Jasmani (Penjas). Hal ini tentunya akan menjadi pemicu untuk melakukan inovasi pembelajaran melalui pendekatan teknologi pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengembangkan pembelajaran berbasis elektronika (e-learning).
            Jika kita cermati saat ini, peningkatan kompetensi guru Penjas masih kurang memadai jika dibandingkan dengan jumlah sasaran guru Penjas. Sedangkan yang ada lebih banyak mengandalkan kegiatan diklat, magang, group diskusi terfokus, seminar, MGMP, KKG yang membutuhkan biaya besar dan menyita waktu yang banyak. Oleh karena itu perlu dipersiapkan secara cermat untuk mengembangkan e-learning, sehingga kehadirannya dapat benar-benar dimanfaatkan oleh guru Penjas.
Pembahasan
A. Analisis Tugas Guru Pendidikan Jasmani (Penjas)
            Keunikan tugas guru Penjas terletak pada misi yang yang diemban untuk mencapai tujuan pendidikan yang bersifat menyeluruh. Meskipun keterjadian proses belajar ditandai dengan aneka aktivitas jasmani sebagai pengalaman belajar, tetapi seluruh adegan pendidikan, juga tertuju pada peningkatan kemampuan penalaran dan pengembangan sifat-sifat kepribadian, sesuai dengan ciri pendekatan kurikuklum 2013.
            Tousignant dan Siedentop (1982) mengklarifikasikan tugas yang dilaksanakan oleh guru Penjas menjadi: 1) tugas manajerial, mencakup pengecekan kehadiran dan kelengkapan pakaian. 2) tugas instruksional yang difokuskan pada fase transisi, mencakup pengorganisasian kelompok, dan penempatan serta pengaturan perlengkapan. Tugas yang diemban guru Penjas untuk mencapai taraf efektifitas mengajar yang memuaskan mencakup beberapa dimensi manajemen, meliputi: 1) menajemen tugas-tugas ajar, 2) manajemen perilaku, dan 3) menajemen waktu serta perlengkapan. Guru Penjas memainkan peranan sebagai perencana, manajer, kolega, profesional pendidikan jasmani, konselor (guru pembimbing), dan representatif sekolah (Siedentop, Herkowitz, dan Rink, 1984).
            Menjadi guru Penjas jauh lebih pelik dari bidang studi lainnya. Sebagai pengalaman belajar yang dikemas dalam kurikulum, pendidikan jasmani lebih rumit karena beberapa alasan. Pertama, tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, karena bukan hanya untuk meningkatkan aspek fisik dengan beberapa unsur yang relevan, misalnya untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh. Kedua, pencapaian tujuan yang dimaksud bergantung pada tugas-tugas ajar, yang dalam hal ini, berupa aktivitas jasmani dalam bentuk kegiatan bermain atau olahraga. Ketiga, bagaimana metode mengajar untuk mengantarkan tugas ajar sebagai rangsangan bagi petumbuhan juga ikut memberikan andil bagi pencapaian tujuan pendidikan. Keempat, faktor lingkungan yang meliputi aspek fisik, seperti sarana dan prasarana olahraga menentukan, apakah kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar. Kelima, faktor atmosfir belajar, suasana psikologis yang tergambar dalam reaksi emosi semua personil sekolah, termasuk guru dan siswa.
            Untuk mencapai tujuan tersebut, kunci utama terletak pada kompetensi guru-guru Penjas untuk mengelola poses pembelajaran, yang meliputi, Pengelolaan: tugas-tugas ajar, perilaku siswa, alat dan fasilitas olahraga, administrasi, dan waktu, kesemua pengeloaan itu dapat dipermudah dengan pemanfaatan E-learning.
B. Definisi dan Hakekat E-Learning
            Definisi e-learning: (1) E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan computer lain (Hartly, 2001). (2) E-learning adalah system pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendudkung belajar mengajar dengan media internet, jaringan computer, maupun computer standalone (Learn Frame.Com, 2001). Sedangkan istilah e-learning merupakan frase yang tersusun dari dua kata Electronic disingkat E, dan Learning yang dalam bahasa Indonesia berarti pembelajaran. Dengan demikian E-Learning memiliki pengertian “pembelajaran dengan menggunakan teknologi komunikasi dan informasi”
Hakekat e-learning merupakan suatu jenis pembelajaan yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke peserta didik dengan menggunakan media internet, intane atau jaringan computer lainnya. e-learning selalu diidentikan dengan penggunaan internet, namun sebenarnya media penyampaiannya sangat beragam dari internet, intranet, cd, dvd, mp3, PDA dan lain-lain. Penggunaan teknologi internet pada e-learning umumnya dengan pertimbangan memiliki jangkauan yang luas, biaya relative lebih murah. e-learning bisa mencakup pembelajaran secara formal maupun formal, e-learning secara formal, misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati. e-learning bisa dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, diantaranya e-learning bisa mencakup pemanfaatan computer dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran, termasuk di dalamnya penggunaan: (1) Mobile, (2) Technologies seperti PDA dan MP3 player (3) Juga penggunaan teaching materials berbasis web dan hypermedia, multimedia CD-ROM atau web sites, forum diskusi, e-mail, blogs, wiki. Mailing list, facebook, twiter.
Dengan demikian e-learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi computer, jaringan computer dan/atau internet. E-learning memungkinkan peserta didik untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik datang mengikuti pembelajaran di sekolah/kelas, e-learning dapat juga dipahami sebagai bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari internet di jaringan lokal atau internet. Materi e-learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan CD/DVD pun termasuk pola e-learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya peserta didik dapat memanfaatkan CD/DVD tersebut serta dapat belajar di tempat lokasi yang bersangkutan.
C. Manfaat E-Learning
            Beberapa manfaat e-learning secara umum telah banyak ditulis oleh para pakar atau praktisi yang secara langsung menggunakan e-learning, setidaknya manfaat yang dapat diperoleh yakni, sebagai berikut:
  1. Flesibilitas. E-learning memberikan flesibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses materi sajian dalam bentuk paket pembelajaran. Guru Penjas tidak perlu bertatap muka langsung di kelas dengan siswa, e-learning bisa diakses dari tempat mana saja yang memiliki akses ke internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan telepon seluler jenis tertentu), semakin mudah mengakses e-learning.
  2. Independent Learning”. E-learning memberikan kesempatan kepada guru Penjas untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar di kelas masing-masing siswa, artinya siswa sebagai subyek diberi keleluasaan untuk menentukan kapan akan memulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dahulu. Siswa bisa memilih mulai dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dahulu, ataupun bisa melewati saja bagian yang siswa anggap kuasai. Jika siswa mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, siswa bisa mengulang-ulang lagi sampai siswa mampu memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum siswa pahami, peserta didik bisa menghubungi guru Penjas melalui email atau mengikuti dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu. Jika guru Penjas tidak bisa mengikuti dialog interaktif, guru bisa membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di LMS (di Website pengelola). Banyak siswa yang merasa cara belajar independen seperti ini lebih efektif daripada cara belajar lainnya yang memaksakannya untuk belajar dengan urutan yang telah ditetapkan.
  3. Biaya. Dengan menggunakan e-learning, akan lebih menghemat biaya. Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar dan akomodasi selama belajar, biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan tunjangan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar (misalnya : penyewaan atau penyediaan kelas, kursi, papan tulis, LCD player, OHP). Dengan demikian semakin banyak unit kerja dan individu guru Penjas yang memanfaatkan e-learning sebagai sarana untuk pelatihan dan pendidikan karena melihat berbagai manfaat yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis web-internet ini.
Mempertimbangkan berbagai keterbatasan, apabila kegiatan peningkatan kompetensi guru Penjas yang hanya mengandalkan kegiatan diklat, atau kegiatan sejenis yang memerlukan pertemuan tatap muka. Maka kehadiran e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses materi pembelajaran. Guru Penjas tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat kegiatan diklat, karena e-learning bisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technologi (dengan laptop, bahkan dengan telepon seluler tertentu), semakin mudah mengakses e-learning.
E-learning atau proses pembelajaran melalui media elektronik, terutama internet, saat ini dianggap dapat menjadi salah satu solusi pendidikan bagi peserta didik yang tidak dapat hadir secara fisik ke setiap pembelajaran/perkuliahan dan/atau sajian diklat. Bagi instuisi pendidikan, teknologi di dalam e-learning dapat dijadikan media untuk semakin memperbaiki kualitas dalam pembelajaran jarak jauh (distance learning). Jika semula e-learning terkesan sebagai pembelajaran yang pasif dan hanya satu arah dari instruktur atau staf pengajar semata, setahap demi setahap hal ini mulai diubah dan dilakukan pembaharuan. Oemar Hamalik, 2001 menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar.
Untuk mendukung hasil program pembelajaran e-learning dibutuhkan tim yang handal dan secara khusus mengelola dibidang masing-masing, yaitu:
(1)  Subject Matter Expert (SME) atau nara sumber yang memiliki kemampuan teknis dalam mengampu materi pembelajaran.
(2)  Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-learning dengan memasukan unsur metode pembelajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah dan lebih menarik untuk dipelajari.
(3)  Grahic Designer (GD), mengubah materi text menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan lay out yang eneak dipandang, efektif dan menarik untuk dipelajari.
(4)  Ahli bidang Learning Management System (LMS), mengelola system di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur atau membina dengan guru Penjas, antar guru Penjas dengan guru Penjas lainnya. Dalam konteks ini yang dimaksudkan dengan Pembina adalah orang yang memiliki tanggung jawab dan kewenangan dalam membina guru Penjas.
Di sini, Guru Penjas sebagai pembelajar bisa melihat modul-modul yang ditawarkan, bisa mengambil tugas-tugas dan test-test yang harus dikerjakan, serta melihat jadwal diskusi secara maya dengan instruktur, nara sumber lain, dan pembelajar lain. Melalui MLS ini, guru Penjas juga bisa melihat nilai tugas dan test serta peringkatnya berdasarkan nilai (tugas ataupun test) yang diperoleh. E-learning tidak diberikan semata-mata oleh mesin tetapi seperti juga pembelajaran secara konvensional di kelas, e-learning ditunjang oleh para ahli di bidang terkait. Adanya fasilitas forum dan chating di dalam media e-learning mulai mengubah pandangan banyak orang akan pembelajaran melalui website yang aktif. Jika semula e-learning dilihat sebagai aktifitas upload dan dowload materi pendidkan secara besar-besaran melalui media internet, saat ini dituntut untuk dapat lebih interaktif dan menekankan kolaborasi di dalam pembelajaran.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan e-learning bagi guru Penjas, sehingga e-learning dapat terimplementasi oleh guru Penjas dengan baik, maka dibutuhkan tiga komponen utama yaitu: (1) Infrastruktur e-learning, dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk di dalamnya teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference. (2) Sistem dan Aplikasi e-learning: Sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana managemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, system penilaian (raport), system ujian online dan segala fitur yang berhubungan managemen proses belajar mengajar akan dikembangkan lebih lanjut, dan (3) Content e-learning, konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning system (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa).
Parameter untuk menerapkan strategi implementasi e-learning, tergantung kebutuhan, kultur institusi, ketersediaan dana dan berbagai faktor lain. Implementasi e-learning yang kurang optimal biasanya bukan karena masalah tools, software atau infrastruktur. Tetapi kebanyakan karena human factor, karena beratnya beban kultur kerja dan karena tidak adanya kemauan untuk knowledge sharing.
Penutup
            Peningkatan kompetensi guru Penjas memerlukan upaya yang sistematis dan berkesinambungan. Guna mewujudkan hal tersebut, diperlukan inovasi pembelajar yang memberikan kesempatan dan kemudahan bagi guru Penjas untuk belajar secara aktif. E-learning memungkinkan guru Penjas sebagai pembelajar untuk meningkatkan kompetensinya tanpa harus secara fisik menghadiri kelas dan/atau tempat kegiatan diklat. Interaksi bisa dijalankan sacara on-line, off-line atau archieved.
            Guru Penjas dapat belajar dari komputer di sekolah ataupun di rumah dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal, jaringan internet ataupun menggunakan media CD/DVD yang telah disiapkan. Materi belajar dikelola oleh sebuah pusat penyedia materi di unit kerja/instansi pembina atau lembaga penyedia content tertentu. Guru Penjas dengan pendekatan e-learning bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat dari mana mengakses materi. Dengan memiliki komputer yang terkoneksi dengan intranet ataupun internet, guru Penjas sebagai pembelajar dapat berpartisipasi dalam e-learning. Jumlah guru Penjas yang bisa ikut berpartisipasi tidak dibatasi dengan kapasitas kelas. Meteri pelajaran diklat diketengahkan dengan kualitas yang lebih standar dibandingkan dengan kelas konvensional yang tergantung pada kondisi dari narasumber/fasilitator.
*Aris Priyanto Guru Penjas SMAN 1 Yogyakarta
Daftar Pustaka
Darling E-Hartly, (2001) Selling E-Learning, American Society for Training and Development
Glosarry, (2001), Glossary of E-Learning Term, LernFream.com
Muktiono Waspodo, 2012. Keberadaan e-learning untuk Mendukung Peningkatan Kompetensi guru Bimbingan Konseling. Jurnal Kependidikan PPPTK Jakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2009. Pengembangan Kurikulim, Teori dan Praktik. Bandung: PT, Remaja Rosda Karya
Oemar Hamalik. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Saud, Udin Saefudin, (2009), Pengembangan Profesi Guru, Penerbit: CV. Alfabeta, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar