Jumat, 12 September 2014

KEPEMIMPINAN YANG IDEAL DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN



KEPEMIMPINAN YANG IDEAL  DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Oleh: Aris Priyanto*)
Lembaga pendidikan merupakan sebuah wahana untuk pengembangan diri  seseorang untuk menjadi lebih baik. Seorang pemimpin lembaga pendidikan dituntut agar memiliki kemampuan menggerakkan personel satuan pendidikan atau sekolah dalam melaksanakan tugas pembelajaran sesuai prinsip-prinsi pedagogik. Karena kepemimpinan adalah suatu kemampuan mempengaruhi kelompok ke arah pencapaian tujuan. (Sudarwan, 2008: 211)

Pengertian kepemimpinan
Menurut Robbins dalam Wahab dan Umiarso (2010: 60), kepemimpinan adalah kemampuan mempengarungi kelompok kearah pencapaian tujuan. Owens mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu interaksi antara satu pihak sebagai yang memimpin dengan pihak yang dipimpin. Sedangkan James Lipham, seperti yang diikuti oleh M. Ngalim Purwanto, mendefinisikan kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran organisasi. Menurut Josep C. Rost dalam Triantoro (2004: 3), kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan/mitra kerja) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama.
Dari beberapa definisi kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsenseus anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
       Peranan kepemimpinan.
 Kepemimpinan adalah fondasi terpenting dalam sebuah organisasi. Kepemimpinan berbicara tentang bagaimana seseorang dapat mempengaruhi dan menginspirasi orang lain dan bagaimana seseorang bisa membuat orang lain mau belajar dan bekerja ekstra dengan ikhlas.
Banyak orang mengatakan kemampuan memimpin berhubungan dengan bakat, tetapi kepemimpinan adalah keterampilan yang perlu dilatih bukan hanya dipelajari ilmu dan teorinya. Seorang pemimpin berbeda dengan manajer meskipun keduanya sama-sama memahami bisnis organisasinya dengan baik.   Seorang pemimpin bertanggung jawab dalam menciptakan visi organisasi, konsep bisnis, rencana serta program target untuk mencapai organisasi sementara manajer bertanggung jawab dalam penerapan dan pencapaiannnya.
 Ada pebedaan mendasar antara pemimpin dan manajer seperti yang sering kita dengar manager “does thing right, a leader does the right things” manajer membuat pekerjaan menjadi efisien sedangkan pemimpin membuat pekerjaan menjadi efektif.
Manajemen berbicara bagaimana sedangkan kepemimpinan berbicara tentang apa dan mengapa kepemimpin melakukan inovasi sementara manjemen menerapkan aturan manajemen berhubungan dengan sistem, kontrol, prosedur, struktur serta kebijakan sedangkan kepemimpinan berbicara tentang manusia dan kepercayaan. Kepemimpinan bersifat kreatif, adaptif dan berhubungan dengan ketangkasan. Kepemimpinan  melihat jauh ke depan dan dari luar organisasi, bukan hanya permukaan dan di dalam organisasi. Secara singkat, ada lima peranan penting seorang mimpin yaitu:
  1. Menciptakan visi
Seorang pemimpin bertugas membuat visi untuk organisasinya.Visi harus bisa
menyatukan kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dapat memudahkan proses pengambilan keputusan dalam organisasi. Visi akan membantu pemimpin  dan anggotanya dalam menghadapi tantangan dalam organisasi.
  1. Membangun anggota
            Seorang pemimpin harus dapat memilih orang-orang yang tepat untuk mengisi
posisi yang tepat agar tidak sampai salah memilih anggota, tidak ada salahnya jika pemimpin meluangkan waktu untuk mewawancarai  calon karyawan yang akan di rekrutnya.
  1. Mengalokasikan tugas
            Pemimpin yang baik dapat menganalisa anggota timnya dan menempatkan orang
yang mumpuni  pada posisi yang tepat sesuai dengan kompetensinya. Pemimpin yang baik akan mengalokasikan tugas bagi anggotanya sesuai dengan keahlian dan minat mereka masing-masing.
  1. Mengembangkan orang
Perubahan jaman, jika dulu banyak orang yang setia bekerja di suatu tempat selama bertahun-tahun. Tetapi sekarang banyak orang yang tidak ragu untuk pindah dan mencari pekerjaan baru  karena merasa tidak bisa berkembang jika tetap bekerja di suatu tempat. Seorang pemimpin harus memahami hal tersebut dan ia harus pandai membaca potensi orang-orang yang akan dipimpinnnya, serta mengembankan kemampuan dan nilai mereka.
  1. Memotivasi anak buah
 Anggota tim yang bersemangat adalah kekuatan bagi organisasi yang
sehat.Untuk menjaga semangat anggota tim, pemimpin harus dapat menginspirasi dan memotivasi anak buahnya. Jika anggota  bersemangat pasti mau bekerja keras dan berusaha maksimal demi mencapai target dan kesuksesan organisasi.



Tipe-Tipe Kepemimpinan
               Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal ini sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi enam, yaitu :
1.    Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan
ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2.    Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu
kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3.    Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja
keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4.    Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang
demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5.    Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh
suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6.    Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari
kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutip oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.    Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.


2.    Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari
kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
3.    Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada
bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesional.
Gaya Kepemimpinan
  Menurut Bill Woods ada tiga gaya kepemimpinan yaitu;
1.        Otokratis, yaitu pemimpin membuat keputusan sendiri karena kekuasaan terpusatkan dalam diri satu orang, ia memikul tanggung jawab dan wewenang penuh.
2.        Demokratis, yaitu pemimpin itu berkonsultasi dengan kelompok mengenai masalah yang
menarik perhatian mereka dimana mereka dapat menyumbangkan sesuatu.
3.        Kendali bebas, yaitu pemimpin memberi kekuasaan pada bawahan, kelompok dapat
mengembangkan sasaranya sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri, pengarahannya tidak ada atau hanya sedikit.



Para peneliti  juga telah mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan dalam hubunganya dengan bawahan yaitu
1.     Gaya dengan orientasi tugas ( task-oriented)
Manajer berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi  bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkanya.
2.     Gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented)
Manajer berorientasi karyawan mencoba untuk  memotivasi bawahan
dibanding  mengawasi mereka.

Gaya kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantara, memperkenalkan semboyan sebagai nilai-nilai bangsa Indonesia yang dicetuskannya yaitu, Filosofi “Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani”. Perkembangan ilmu pengetahuan pada akhirnya menemukan bahwa terdapat kesesuaian antara filosofi tersebut dengan kepemimpinan yang ideal untuk bangsa Indonesia.
Ing ngarsa sung tuladha. Filosofi ini memiliki arti bahwa seseorang yang berada di garis depan atau seorang pemimpin, harus bisa memberi contoh kepada para anggotanya. Seorang leader akan dilihat oleh followernya sebagai panutan. Follower tidak hanya memperhatikan perilaku dari seorang leader secara pribadi, namun juga meliputi sejauh mana nilai-nilai budaya organisasi telah tertanam dalam diri leadernya, bagaimana cara leadernya dalam mengatasi masalah, sejauh mana leader berkomitmen terhadap organisasi, sampai kerelaan seorang leader untuk mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadinya. Oleh karena itu, sepatutnya seorang leader memiliki karakteristik-karakteristik yang dapat menjadi teladan untuk para followernya. Leader yang memiliki charisma atau seorang pemimpin yang kharismatik akan lebih mudah menjalankan peran ini. Hal ini disebabkan oleh charisma mereka yang dapat menginspirasi para followernya.
Ing madya mangun karsa. Filosofi ini berarti bahwa seorang leader harus mampu menempatkan diri di tengah-tengah followernya sebagai pemberi semangat, motivasi, dan stimulus agar follower dapat mencapai kinerja yang lebih baik. Melalui filosofi ini, jelas bahwa seorang leader harus mampu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan followernya. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, akan memotivasi follower untuk memberikan yang terbaik bagi organisasi. Teori-teori motivasi memiliki peranan penting bagi seorang leader untuk mengaplikasikan peranan sesuai filosofi ke dua ini.
Tut wuri handayani. Filosofi yang terakhir ini memiliki makna bahwa seorang leader tidak hanya harus memberikan dorongan, namun juga memberikan arahan untuk kemajuan organisasi. Arahan di sini berarti leader harus mampu mengerahkan usaha-usaha followernya agar sejalan dengan visi, misi, dan strategi organisasi yang telah ditetapkan. Sebagai dasarnya, leader nilai-nilai organisasi harus tertanam kuat dalam diri masing-masing anggota.
Ketiga filosofi di atas saling berkaitan dan tidak dapat ditinggalkan salah satunya. Sebagai contoh, usaha seorang leader untuk menanamkan nilai-nilai organisasi kepada followernya. Dalam hal ini, seorang leader tidak bisa begitu saja mendorong dan mengarahkan perilaku followernya agar sesuai dengan nilai-nilai organisasi (tut wuri handayani). Namun, leader tersebut juga harus mampu memberikan contoh nyata bagaimana nilai-nilai organisasi telah tertanam dalam dirinya (ing ngarsa sung tuladha). Sembari memberi contoh, leader juga harus mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut ke tengah-tengah followernya, dan memotivasi mereka untuk bertindak sejalan dengan nilai-nilai itu (ing madya mangun karsa).
Bila dilihat dari budaya bangsa menurut dimensi-dimensi Hofstede, akan ditemukan kesesuaian antara budaya kita, filosofi dari Ki Hajar Dewantara, dan gaya kepemimpinan yang diterapkan di Indonesia. Salah satu dimensi Hofstede, yaitu Power Distance Index (PDI) menunjukkan nilai yang tinggi pada budaya di Indonesia. Jarak kekuasaan yang tinggi mengindikasikan bahwa anggota-anggota dalam organisasi menerima adanya kekuasaan atau wewenang yang tidak didistribusikan secara merata. Nilai yang tinggi dalam dimensi ini berarti bahwa arahan dari leader merupakan sesuatu yang diinginkan dari para follower. Leader dituntut untuk bisa memberikan arahan dan pengawasan bagi para followernya. Hal ini kita jumpai pada salah satu filosofi di atas, yaitu tut wuri handayani.
Penerapan lain dari filosofi-filosofi tersebut dapat dilihat pada AXA Indonesia, suatu perusahaan yang bergerak di bidang asuransi. Perusahaan ini sukses meraih penghargaan sebagai “Perusahaan Ternyaman Pilihan Karyawan Nomor Satu di Indonesia” dalam ajang Employer of Choice di tahun 2010. AXA Indonesia unggul berkat komunikasi dua arah yang intensif dan terbuka. Komunikasi merupakan elemen penting bagi leader dalam memotivasi, memberikan semangat, dan ide untuk para follower. Hal ini sesuai dengan konsep filosofi “ing madya mangunkarsa”.
Beberapa uraian di atas menjelaskan kepemimpinan yang ideal bagi bangsa Indonesia, dilihat dari segi nilai-nilai asli budaya bangsa Indonesia. Belajar dari sejarah bangsa dapat membawa kita pada kesimpulan menarik mengenai berbagai hal. Salah satunya adalah dalam hal kepemimpinan. Sangat menarik mengetahui bahwa kepemimpinan yang ideal bagi bangsa ini bahkan telah ditemukan dan disusun sejak lama oleh Ki Hajar Dewantara melalui tiga filosofi singkatnya. Ing ngarsa sung tuladha. Ing madya mangun karsa. Tut wuri handayani.



Kepemimpinan Pendidikan Yang Efektif dalam Lembaga Pendidikan

Kepemimpinan pendidikan yang efektif memberikan dasar dan menempatkan tujuan pada posisi penting untuk merubah norma-norma dalam program pembelajaran, meninkatkan produktivitas, dan mengembangkan pendekatan-pendekatan kreaif untuk memperoleh hasil yang maksimal dari program institusi pendidikan. Menurut Campbell (1993) menegaskan bahwa pemimpin-pemimpin yang efektif menyususun tujuan-tujuan, sasaran-sasaran, mengatur standar-standar penampilan, menciptakan lingkungan kerja yang produktif, dan dapat dukungan yang dibutuhkan. (Internet:2014)
Faktor-Faktor Kepemimpinan Pendidikan Yang Efektif :
1.     Ketepatan dalam pengambilan keputusan.
Seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan dengan tepat dalam pengambilan keputusan oleh pemimpin pendidikan proses komunikasi itu terkandung nilai-nilai manusiawi yang secara psikologis dan pedagogis, dapat membawa pada kehidupan social yang tentram dan damai dengan rasa solidaritas social yang semakin kokoh. Menurut Mann (1975) pengambilan keputusan yang rasional dalam organisasi harus dilihat dari tujuan organisasi, sumberdaya yang ada, informasi yang lenkap tentang fungsi sitem kerja, pengalokasian sumber dna didasarkan pada prioritas, dan  harus memahami pengelolahan dana. Suatu keputusan dalam penyelenggaraan pedidikan  dikatakan sebagai keputusan yang baik, apabila keputusan tersebut tidak memuat alasan dan tidak perlu pula untuk diadakan kemungkinan untuk naik banding dalam bentuk apapun.karena itu pemimpin pendidikan harus cermat dalam pengambilan keputusan.

2.     Pendelegasian pembagian tugas dengan tepat.
Kepemimpinan pendidikan yang efektif  harus bisa mendelegasikan pembagian tugas atau pekerjaan dengan cara yang yang tepat yaitu sesuai dengan pembidangan organisasi. Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang kepada seseorang atau lembaga yang menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan ketentuan institusin yang berlaku. Meskipun tugas-tugas tersebut telah didelegasikan  kepada bawahannya, tetapi control dan tanggungjawab tetap ada pada pemimpin.adapun kualifikasi penerima wewenang berkenaan dengan aspek keahlian, posisi, dan perilakunya dengan mempertimbangkan secara jeklas penentuan formasi tugas, tanggungjawab, prosedur, prospek pengembangan dan pendayagunaannya diarahkan pada internaslisasi prinsip moral dan etika yang menjadi landasan terbangunnya akuntabilitas mereka sebagai pemberi dan penerima wewenang serta menjamin proses penyelenggaraannya benar-benar bergerak sejalan dengan aspirasi masyarakat  yaitu tidak menyimpang dari prinsip-prinsip etika, aturan penyelenggaraan satuan pendidikan, hokum, dan konstitusi Negara.

3.     Mengembangkan sikap demokrasi.
Kepemimpinan yang efektif harus memiliki seorang pemimpin yang mengembangkan sikap demokratis. Menurut  kamus besar bahsa Indonesia (1996)mengemukakan demokrasi adalah gagsan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama atau menjamin kemerdekaan dan persamaan mengemukakan pendapat sebagai satu keseluruhan yang utuh. Factor partisipasi sangat kuat pengaruhnya dalam mencapai kesuksesan tugas seorag pemimpin, semakin banyak partisipasi bawahan dalam suatu kegiatan semakin besar dan dinamis kehidupan kondisi organisasi tersebut.

4.    Visioner
Kepemimpinan efektif harus visioner. Menurut Paters dan Austin (1986) mengemukakan bahwa setiap institusi memerlukan pemimpin yang memiliki visi dan misi atau disebut dengan visioner, dekat dengan pelanggan atau masyarakat yang membutuhkan jasa organisasi pendidikan, memiliki gagasan inovativ yang lua, familiar dan mempunyai semangat kerja yang tinggi.(Sallis,1992). Tidak semua tujuan disebut visi. Visi adalah gmabran keadaan sesuatu hal dalam suatu waktu mendatang dapat menjadi kenyataan yang mengandung cita-cita, nilai, semangat motivasi, niat yang jelas, wawasan dan keyakinan.

5.    Perduli terhadap pembaharuan
Kepemimpinan yang efektif juga perduli tentang pembaharuhan. Keperdulian memberi gambaran bahwa seorang pemimpin cepat bereaksi, tanggap dan mrespon terhadap hal-hal yang dipandang member konstribusi terhadap kualitas institusi yan dipimpinya sebagai bagian dari pembaharuan. Pemimpin yang perduli dalam manajemen pendidikan, memeahami betul bahwa manajemen pendidikan tidak terlepas dari pembaharuan yaitu tuntuan perkembangan ilmu pengetahuan merupakan bagian dari dinamika pendidikan. Akibat dar pembaharuan dan perkembangan ilmu pengetahuan itu menumbuhkan konsekwensi tersendiri bagi pemimpin sebagai pemegang kendali pendidikan.


Kesimpulan

Pengertian kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga gaya kepemimpinan  yaitu; otokratris, demokratis, dan kendali bebas. Selain itu, gaya kepemimpinan berdasarkan hubunganya dengan bawahan yaitu gaya dengan orientasi tugas dan orientasi karyawan. Gaya kepemimpinan yang ideal adalah menggunakan gaya yang ada sebaik mungkin pada situiasi  yang mendukung dan memenuhi kebutuhan kinerja kepemimpinan itu sendiri. Hal ini berarti situasilah yang mungkin menentukan gaya apa yang digunakan, karenanya tidak mungkin menerapkan satu gaya secara konsisten.
Tipe kepemimpinan dari seorang pemimpin yaitu tipe kepemimpinan pribadi (personal ledaership), tipe kepimimpinan non pribadi (non personal leader), tipe kepemimpinan otoriter (autoritorum leadership), tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership), dan tipe kepemimpinan paternalis (paternalis leadership)
Kaitannya kepemimpinan pendidikan yang efektif yaitu pemimpin yang memberikan dasar dan menempatkan tujuan pada posisi penting untuk merubah norma-norma dalam program pembelajaran, meninkatkan produktivitas, dan mengembangkan pendekatan-pendekatan kreaif untuk memperoleh hasil yang maksimal dari program institusi pendidikan.
Kepemimpinan yang ideal dan cocok diterapkan bagi bangsa ini bahkan telah ditemukan dan disusun sejak lama oleh Ki Hajar Dewantara melalui tiga filosofi singkatnya, yaitu Ing ngarsa sung tuladha. Ing madya mangun karsa. Tut wuri handayani.

*Aris Priyanto Pengawas Madya Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
Daftar Pustaka
Http//www.Kepemimpinan.com. 7 Maret 2014: 04.45 am
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999).
M. Ngaliman Purwanto. Administrasi dan Supevisi Pendidika. (Bandung: PT Remaja   
        Rosdakarya. 1995), hlm. 27
Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara
Triantoro. 2004. Kepemimpinan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Wahab, Abd dan Umiarso. 2010. Spiritual Qoutient (SQ) dan Educational Leadership.
       Jember : Pena Salsabila

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar