Jumat, 12 September 2014

DESIGNING SPORT, PHYSICAL AND HEALTH LEARNING WITH SCIENTIFIC APPROACH



DESIGNING SPORT, PHYSICAL AND HEALTH LEARNING WITH SCIENTIFIC APPROACH
by Aris Priyanto, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, aris_smasiji@yahoo.com
Abstract
Curriculum, as stipulated in Law Number 20 Year 2003 about National Education System, is a set of plans and management regarding the purpose, content, teaching materials and methods used by learning organization to achieve specific educational goals. Curriculum is dynamic and always requires change and renewal in order to meet the internal and external demands and challenges.
How to arrange the most ideal curriculum for Sport, Physical and Health Subject is not easy to answer. Because, in the end, curriculum is the result of agreement among various stakeholders, including policy makers, education experts, and practitioners e.g. core teachers, instructors, superintendents, and teachers in general. Based on Regulation of Education Minister Number 69 Year 2013 about Curriculum Framework and Structure for Junior High School, Physical and Health Subject is included in Group B, as mandatory subject, with time allocation 3 (three) hours per week in class X, XI, and XII.
In implementing Curriculum 2013, it is expected that teachers use scientific approach in the learning process as stated in Regulation of Education Minister Number 65 Year 2013 about the Process Standard. Consequently, teachers have to be creative in designing a good planning that can be implemented well in order to enhance efficiency and effectiveness of the achievement of graduation competence.
Key words: Curriculum 2013, Sport, Physical and Health learning, scientific approach, planning

Pendahuluan
Salah satu tantangan terberat bagi dunia pendidikan pada era globalisasi adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul, dan berdaya saing. Hanya bermodal manusia yang cerdas, unggul dan berdaya saing, kita akan mampu bermitra dan berkompetisi pada tataran global.
Program pemerintah yang dicanangkan oleh Kemendiknas, tentang kurikulum 2013, mulai tahun ajaran 2013/2014, tepatnya pada Senin tanggal 15 Juli 2013, pelan tapi pasti secara nasional telah dimulai. Sehingga pada kelas awal SD, SMP, SMA, maupun SMK seluruh warga sekolah harus siap melaksanakannya, dan program yang lama harus diselesaikan sampai tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.156928/MPK.A/KR2013 tanggal 8 November 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013. Bahwa pada tahun pelajaran 2014/2015, bersama dengan Kementerian Agama akan mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada semua satuan pendidikan: SD/MI Kelas: I, II, IV, V. SMP/MTs         Kelas: VII,VIII. SMA/MA, SMK/MAK Kelas: X, XI di seluruh Indonesia.
Peningkatan kompetensi guru penjasorkes SMP,SMA/SMK dalam melaksanakan pembelajaran penjasorkes di satuan pendidikan berdasarkan Kurikulum 2013 yang meliputi: perubahan minset, pemahaman dan sikap terbuka terhadap interprestasi kurikulum 2013, analisis dan pengembangan materi ajar, pemahaman dan praktik penyusunan RPP dan pelaksanaan pembelajaran penjasorkesorkes dengan pendekatan saintifik dan berbagai model pembelajaran, serta pemahaman dan praktik penyusunan penilaian otentik pembelajaran penjasorkes.
Guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa. Begitu pentingnya sosok guru dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu, sehingga keberadaannya tidak tergantikan oleh siapapun atau apapun termasuk teknologi canggih. Sehubungan dengan hal itu guru harus memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan profesinya dan bermartabat untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013, guru penjasorkes dituntut harus meningkatkan kompetensi yang terwujud dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan scientific dan penilaian autentik.



Pembahasan
Latar Belakang Perlunya Pengembangan Kurikulum 2013
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi factor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan Negara Indonesia sepanjang zaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrument untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (19) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujaun pendidikan tertentu. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.
Rasional pengembangan kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan factor tantangan internal terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar: isi, proses, kompetensi kelulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Tantanagn internal lainnya adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif  yang melimpah dapat ditranformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. Tantangan eksternal berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negative yang mengemuka.
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah(SMA/MA/SMK/MAK)
Struktur kurikulum pendidkan menengah terdiri atas:
Kelompok mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh perta didik, Kelompok mata pelajaran peminatan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Adanya kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran peminatan dimaksudkan untuk menerapkan prinsip kesamaan antara SMA/MA dan SMK/MAK. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (sembilan) mata pelajaran dengan bebab belajar 24 jam per minggu. Kelompok mata pelajaran peminatan SMA/MA terdiri atas 18 jam per minggu unutk kelas X, dan 20 jam per minggu untuk kelas XI dan XII. Kelompok mata pelajaran peminatan SMK/MAK masing-masing 24 jam per kelas. Kelompok mata pelajaran peminatan SMA/MA bersifat akademik, sedangkan untuk SMK/MAK bersifat vokasional. Stuktur ini menempatkan prisip bahwa peserta didik adalah subyek dalam belajar dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya.
Permendikbud nomor 69 tahun 2013, tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum SMA/MA
Tabel 2: Matapelajaran Pendidikan Menengah
MATAPELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER MINGGU
X
XI
XII
Kelompok A (Wajib)

1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
3
3
3
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2
2
2
3.
Bahasa Indonesia
4
4
4
4.
Matematika
4
4
4
5.
Sejarah Indonesia
2
2
2
6.
Bahasa Inggris
2
2
2
Kelompok B (Wajib)

7.
Seni Budaya
2
2
2
8.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3
3
3
9.
Prakarya dan Kewirausahaan
2
2
2
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu
24
24
24
Kelompok C (Peminatan)

Matapelajaran Peminatan Akademik (Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah
18
20
20
Matapelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah
24
24
24
JUMLAH JAM PELAJARAN YANG HARUS DITEMPUH PERMINGGU (SEKOLAH MENENGAH ATAS / MADRASAH ALIYAH)
42
44
44
JUMLAH JAM PELAJARAN YANG HARUS DITEMPUH PERMINGGU (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN / MADRASAH ALIYAH KEJURUAN)
48
48
48

Analisis Tugas Guru Penjasorkes
            Keunikan tugas guru Penjasorkes terletak pada misi yang yang diemban untuk mencapai tujuan pendidikan yang bersifat menyeluruh. Meskipun keterjadian proses belajar ditandai dengan aneka aktivitas jasmani sebagai pengalaman belajar, tetapi seluruh adegan pendidikan, juga tertuju pada peningkatan kemampuan penalaran dan pengembangan sifat-sifat kepribadian, sesuai dengan ciri pendekatan kurikuklum 2013.
            Tousignant dan Siedentop (1982) mengklarifikasikan tugas yang dilaksanakan oleh guru Penjasorkes menjadi: 1) tugas manajerial, mencakup pengecekan kehadiran dan kelengkapan pakaian. 2) tugas instruksional yang difokuskan pada fase transisi, mencakup pengorganisasian kelompok, dan penempatan serta pengaturan perlengkapan. Tugas yang diemban guru Penjasorkes untuk mencapai taraf efektifitas mengajar yang memuaskan mencakup beberapa dimensi manajemen, meliputi: 1) menajemen tugas-tugas ajar, 2) manajemen perilaku, dan 3) menajemen waktu serta perlengkapan. Guru penjasorkes memainkan peranan sebagai perencana, manajer, kolega, profesional pendidikan jasmani, konselor (guru pembimbing), dan representatif sekolah (Siedentop, Herkowitz, dan Rink, 1984).
            Menjadi guru Penjasorkes jauh lebih pelik dari bidang studi lainnya. Sebagai pengalaman belajar yang dikemas dalam kurikulum, pendidikan jasmani lebih rumit karena beberapa alasan. Pertama, tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, karena bukan hanya untuk meningkatkan aspek fisik dengan beberapa unsur yang relevan, misalnya untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh. Kedua, pencapaian tujuan yang dimaksud bergantung pada tugas-tugas ajar, yang dalam hal ini, berupa aktivitas jasmani dalam bentuk kegiatan bermain atau olahraga. Ketiga, bagaimana metode mengajar untuk mengantarkan tugas ajar sebagai rangsangan bagi petumbuhan juga ikut memberikan andil bagi pencapaian tujuan pendidikan. Keempat, faktor lingkungan yang meliputi aspek fisik, seperti sarana dan prasarana olahraga menentukan, apakah kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar. Kelima, faktor atmosfir belajar, suasana psikologis yang tergambar dalam reaksi emosi semua personil sekolah, termasuk guru dan siswa.
            Untuk mencapai tujuan tersebut, kunci utama terletak pada kompetensi guru-guru penjasorkes untuk mengelola poses pembelajaran, yang meliputi, Pengelolaan: tugas-tugas ajar, perilaku siswa, alat dan fasilitas olahraga, administrasi, dan waktu.
Pendekatan Ilmiah Dalam Pembelajaran Mengacu Pada Permendikbud Ri Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standart Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah
Esensi Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajarannya. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, lebih mengedepankan penalaran induktif (induktif reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deduktive reasoning). Penalaran deduktive melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktive memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya , penalaran induktive menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi dan ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggapit transformasi substansi atau materiajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’.
Ranah keterampilan menggapit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggapit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompesensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada demensi padagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Contoh penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran penjasorkes
Secara sederhana langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran penjasorkes dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengamati; Mengamati dalam pembelajaran penjasorkes diartikan bahwa perserta didik diajak untuk melihat, baik melihat melalui audio visual ataupun melalui gerakan-gerakan yang akan dipraktekkan atau di demonstrasikan oleh guru. Hal ini dimaksudkan untuk mengekplorasi daya pikir peserta didik, sampai sejauh mana penguasaan awal tentang materi yang akan diberikan. Dari pengamatan ini nantinya guru akan lebih mudah ataupun sebaliknya lebih sulit memberikan materi tergantung dari hasil pengamatan yang dilakukan sebelumnya. Mengamati dalam pembelajaran penjasorkes ini bisa dilakukan dengan melihat tayangan visual seperti video atau film dokumenter bagi guru atau sekolah yang mempunyai sarana yang memadai. Tetapi bagi guru atau sekolah yang tidak mempunyai sarana pendukung audio visual, mengamati bisa dilakukan tidak selalu dengan melihat tayangan, tetapibisa juga dengan pengamatan langsung di lingkungan sekitar dengan membawa atau mengajak siswa-siswa ke luar lingkungan sekolah misalnya memperhatikan aktivitas manusia dalam kegiatan sehari-hari atau melihat perilaku hewan. Materi pengamatan dalam pembelajaran ini yang akan diberikan harus sesuai dengan materi ataupun tujuan dari pembelajaran, jadi guru harus pandai atau selektif dalam memilih materi tayangan yang harus diberikan. Misalnya dalam materi pembelajaran passing bawah dalam bola voli, maka vidio atau tayangan yang akan diberikan harus identik dengan permainan bola voli, baik permainan sesungguhnya ataupun permainan yang dimodifikasi. Selain mengamati vidio pembelajaran ataupun mengamati aktifitas manusia, seorang guru bisa memberi contoh gambar baik foto maupun ilustrasi, yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Setelah mengamati vidio ataupun tayangan gambar, peserta didik diberi kesempatan untuk memberikan pendapat, ataupun ulasan mengenai hal-hal yang baru mereka amati. Guru harus memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada peserta didik. Dengan langkah ini diharapkan guru akan bisa merangkum dari sekian banyak pendapat dan memberikan kesimpulan, sehingga langkah pembelajaran berikutnya guru dengan mudah akan merancangnya.
2. Menanya; Setelah seluruh peserta didik megamati tayangan vidio atau gambar maka tahap berikutnya dalam pembelajaran penjasorkes passing bawah bola voli yang menggunakan pendekatan seintifik adalah bertanya. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk memudahkan siswa mengetahui tentang makna dari sebuah gerakkan atau teknik dasar dari materi yang akan disampaikan. Dalam tahap bertanya ini terjadi dua arah, maksudnya guru memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada peserta didik untuk menanyakan apa yang dia ketahui, dan dalam kesempatan yang sama guru harus menjawab sejelas-jelasnya sampai peserta didik terjawab dengan jelas, maka giliran guru yang kan memberikan pertanyaan kepada peserta didik. Hal ini dimaksudkan supaya guru mengetahui sejauh mana materi awal yang dikuasai peserta didik, sehingga guru dengan mudah akan merancang metode dan langkah pembelajaran selanjutnya.
3. Mencoba; Pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk mencoba melakukan gerakan hasil pengamatan tayangan vidio ataupun contoh yang didemonstrasikan oleh guru. Dalam proses mencoba ini guru harus memberi kesempatan kepada semua peserta didik untuk mempraktekkan sebuah keterampilan gerak sebanyak-banyaknya.
Pada tahap ini guru mengamati setiap keterampilan gerak yang dilakukan peserta didik sesuai dengan tayangan vidio, yang terpenting adalah semua peserta didik mencoba melakukan keterampilan gerak dengan sebanyak-banyaknya tanpa melihat benar ataupun salah keterampilan gerak yang dilakukan. Tujuannya adalah semua peserta didik mempunyai pengalaman gerak yang banyak.
Dalam pembelajaran penjasorkes tahapan mempraktekkan merupakan tahapan yang wajib dilaksanakan sesuai dengan kemampuan motorik masing-masing siswa, karena benar dan tidaknya pola gerak dasar lokomotor bisa dilihat dan diamati serta dinilai dari gerakan. Dalam fase atau tahap ini guru memberikan kebebasan untuk mempraktekkan apa yang peserta didik pahami dalam langkah pembelajaran sebelumnya, yaitu mengamati, bertanya dan diskusi. Salah satu materi yang akan dipelajari dalam pembelajaran penjasorkes adalah permainan bola besar yaitu bola voli passing bawah. Passing dalam permainan bola voli adalah usaha seorang pemain bola voli dengan cara menggunakan suatu teknik tertentu yang bertujuan untuk mengoperkan bola yang dimainkannya itu kepada temannya seregunya unutk dimainkan di lapangan sendiri. Elemen dasar bagi pelaksanaan operan passing bawah yang baik adalah: (a) gerakkan mengambil bola, (b) mengatur posisi, (c) memukul bola, (d) mengarahkan bola ke arah sasaran.
Untuk bisa melakukan teknik dasar materi permainan bola voli passing bawah seperti di atas, peserta didik sebelumnya harus mampu memahami dan mengerti teknik dasar sebenarnya dengan baik sesuai yang ada dalam materi. Karena dalam materi ini banyak sekali teknik yang mesti dilakukan mulai dari pandangan, posisi badan, posisi kaki, posisi tangan sampai pada gerakkan lanjutan. Dengan materi hanya satu yaitu teknik passing bawah tapi teknik dasarnya banyak maka tahapan melakukan harus lebih banyak porsinya. Misalnya prosentase antara penjelasan dan mempraktekkan bisa dikatakan 20% berbanding 80%.
Berikut ini adalah contoh pelaksanaan langkah pembelajaran penjasorkes materi permainan bola voli passing bawah.
 1. Berbaris, berdoa, presensi, dan apersepsi
 2. Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
 3. Pemanasan dengan pendekatan bermain lempar tangkap bola besar serta peregangan
     statis dan dinamis.
 4. Teknik dasar passing bawah dengan rincian sebagai berikut: Melakukan passing bawah dengan diawali dengan boal dipantul teman ditempat dan setelah mantul di lantai bola didorong dengan dua lengan (perorangan). Melakukan passing bawah denga diawali bola diambungkan teman di tempat dilanjutkan sambil berjalan ke depan dan gerak menyamping kanan dan ke kiri (perorangan). Melakukan passing bawah secara langsung berpasangan, berkelompok, membentuk formasi lingkaran atau berbanjar. Melakukan passing bawah dengan cara mendorong bola diawali bola dilambungkan sendiri di tempat lalu di tangkap dilanjutkan sambil berjalan ke depan (perorangan). Melakukan passing bawah dengan diawali dengan bola dilambungkan di tempat dan setelah mantul di lantai bola didorong dengandua lengan (perorangan). Melakukan passing bawah sambil berjalan dan gerak menyamping kanan dan kiri (perorangan).
Dengancontoh di atas fungsi seorang guru tidak dominan, tetapi hanya melakukan pengamatan dan mencatat tentang apa yang kurang dan mesti dikoreksi, ataupun memberikan apresiasi bagi peserta didik yang mampu melakukan sesuai dengan teknik sebenarnya dan ini akan dilaksanakan oleh guru pada akhir pembelajaran.
4. Mengolah; Setelah peserta didik mencoba melakukan sebuah keterampilan gerak, tahap selanjutnya tahap selanjutnya melakukan pengulangan-pengulangan keterampilan gerak terutama pada bagian-bagian keterampilan gerak yang belum dikuasai. Pada tahap ini peserta didik harus memperhatikan benar tahapan-tahapan gerak yang dilakukan apa sudah sesuai dengan gerakkan pada tayangan vidio ataupun belum.
5. Menyaji; Pada tahan ini peserta didik diberi kesempatan kembali oleh guru untuk menyajikan keterampilan gerak hasil dari latihan yang dilakukan pada tahapan mengolah. Di sini guru harus memperhatikan semua tahap-tahap gerak yang dilakukan oleh peserta didik selama penyajian keterampilan gerak.
6. Menalar; Menalar secara umum adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Di sisni penalaran dapat bermakna penyerupaan (associating) dan dapat juga bermakna akibat (reasoning). Pada tahap pembelajaran ini penalaran bisa dilaksanakan dengan berbagai metode diantaranya adalah diskusi. Dengan diskusi maka akan banyak pendapat yang dikemukakan oleh peserta didik dengan berbagai macam alas an. Posisi seorang guru dalam tahap ini hanyalah sebagai mediator sampai semua pendapat bisa dikemukakan. Tahap berikutnya adalah guru menyimpulkan dari berbagai macam pendapat dari peserta didik. Pada tahap ini peserta didik sudah mampu memahami tahap-tahap gerak yang seharusnya dilakukan sesuai dengan pola gerak yang benar.
7. Mencipta; Setelah peserta didik memahami betul pola gerak yang harus dilakukan dalam sebuah keterampilan gerak,  maka fase berikutnya adalah peserta didik semaksimal mungkin melakukan gerakan sesuai dengan pola gerak yang benar, bahkan pada tahapan ini peserta didik sudah mampu melakukan variasi dan kombinasi teknik gerak yang dilakukan.
Penutup
…………
Daftar pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar