DESIGNING SPORT, PHYSICAL AND HEALTH LEARNING
WITH SCIENTIFIC APPROACH
by Aris Priyanto, Dinas Pendidikan
Kota Yogyakarta, aris_smasiji@yahoo.com
Abstract
Curriculum,
as stipulated in Law Number 20 Year 2003 about National Education System, is a
set of plans and management regarding the purpose, content, teaching materials
and methods used by learning organization to achieve specific educational
goals. Curriculum is dynamic and always requires change and renewal in order to
meet the internal and external demands and challenges.
How
to arrange the most ideal curriculum for Sport, Physical and Health Subject is
not easy to answer. Because, in the end, curriculum is the result of agreement
among various stakeholders, including policy makers, education experts, and
practitioners e.g. core teachers, instructors, superintendents, and teachers in
general. Based on Regulation of Education Minister Number 69 Year 2013 about
Curriculum Framework and Structure for Junior High School, Physical and Health
Subject is included in Group B, as mandatory subject, with time allocation 3
(three) hours per week in class X, XI, and XII.
In
implementing Curriculum 2013, it is expected that teachers use scientific
approach in the learning process as stated in Regulation of Education Minister
Number 65 Year 2013 about the Process Standard. Consequently, teachers have to
be creative in designing a good planning that can be implemented well in order
to enhance efficiency and effectiveness of the achievement of graduation
competence.
Key words: Curriculum
2013, Sport, Physical and Health learning, scientific approach, planning
Pendahuluan
Salah satu tantangan terberat bagi dunia pendidikan pada
era globalisasi adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas,
unggul, dan berdaya saing. Hanya bermodal manusia yang cerdas, unggul dan
berdaya saing, kita akan mampu bermitra dan berkompetisi pada tataran global.
Program
pemerintah yang dicanangkan oleh Kemendiknas, tentang kurikulum 2013, mulai
tahun ajaran 2013/2014, tepatnya pada Senin tanggal 15 Juli 2013, pelan tapi
pasti secara nasional telah dimulai. Sehingga pada kelas awal SD, SMP, SMA,
maupun SMK seluruh warga sekolah harus siap melaksanakannya, dan program yang
lama harus diselesaikan sampai tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan Surat Edaran
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.156928/MPK.A/KR2013 tanggal 8 November
2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013. Bahwa pada tahun pelajaran 2014/2015,
bersama dengan Kementerian Agama akan mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada
semua satuan pendidikan: SD/MI Kelas: I, II, IV, V. SMP/MTs Kelas: VII,VIII. SMA/MA, SMK/MAK Kelas: X, XI di seluruh Indonesia.
Peningkatan
kompetensi guru penjasorkes SMP,SMA/SMK dalam melaksanakan pembelajaran penjasorkes
di satuan pendidikan berdasarkan Kurikulum 2013 yang meliputi: perubahan minset, pemahaman dan sikap terbuka
terhadap interprestasi kurikulum 2013, analisis dan pengembangan materi ajar,
pemahaman dan praktik penyusunan RPP dan pelaksanaan pembelajaran penjasorkesorkes
dengan pendekatan saintifik dan berbagai model pembelajaran, serta pemahaman
dan praktik penyusunan penilaian otentik pembelajaran penjasorkes.
Guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis
dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa. Begitu pentingnya sosok guru
dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu, sehingga keberadaannya tidak
tergantikan oleh siapapun atau apapun termasuk teknologi canggih. Sehubungan
dengan hal itu guru harus memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengembangkan profesinya dan bermartabat untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang unggul dan berdaya saing. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013,
guru penjasorkes dituntut harus meningkatkan kompetensi yang terwujud dalam
melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan scientific dan penilaian autentik.
Pembahasan
Latar Belakang Perlunya Pengembangan Kurikulum 2013
Penyelenggaraan
pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya
kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan,
yang diyakini akan menjadi factor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan
Negara Indonesia sepanjang zaman.
Dari
sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu
unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi
bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat
diperlukan sebagai instrument untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1)
manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zman yang selalu
berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan (3)
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kurikulum
sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (19) Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujaun pendidikan tertentu. Pengembangan Kurikulum
2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 yang diberlakukan
mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.
Rasional
pengembangan kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan factor tantangan internal
terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang
mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar:
isi, proses, kompetensi kelulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Tantanagn
internal lainnya adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia
produktif yang melimpah dapat
ditranformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan
keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. Tantangan eksternal
berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa
depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta
berbagai fenomena negative yang mengemuka.
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah(SMA/MA/SMK/MAK)
Struktur kurikulum pendidkan menengah terdiri atas:
Kelompok mata pelajaran wajib yang diikuti oleh
seluruh perta didik, Kelompok mata pelajaran peminatan yang diikuti oleh peserta
didik sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Adanya kelompok mata
pelajaran wajib dan mata pelajaran peminatan dimaksudkan untuk menerapkan
prinsip kesamaan antara SMA/MA dan SMK/MAK. Mata pelajaran wajib sebanyak 9
(sembilan) mata pelajaran dengan bebab belajar 24 jam per minggu. Kelompok mata
pelajaran peminatan SMA/MA terdiri atas 18 jam per minggu unutk kelas X, dan 20
jam per minggu untuk kelas XI dan XII. Kelompok
mata pelajaran peminatan SMK/MAK masing-masing 24 jam per kelas. Kelompok mata
pelajaran peminatan SMA/MA bersifat akademik, sedangkan untuk SMK/MAK bersifat
vokasional. Stuktur ini menempatkan prisip bahwa peserta didik adalah subyek
dalam belajar dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya.
Permendikbud nomor 69 tahun 2013, tentang kerangka
dasar dan struktur kurikulum SMA/MA
Tabel 2:
Matapelajaran Pendidikan Menengah
MATAPELAJARAN
|
ALOKASI WAKTU PER MINGGU
|
|||
X
|
XI
|
XII
|
||
Kelompok A (Wajib)
|
|
|||
1.
|
Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti
|
3
|
3
|
3
|
2.
|
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
|
2
|
2
|
2
|
3.
|
Bahasa Indonesia
|
4
|
4
|
4
|
4.
|
Matematika
|
4
|
4
|
4
|
5.
|
Sejarah Indonesia
|
2
|
2
|
2
|
6.
|
Bahasa Inggris
|
2
|
2
|
2
|
Kelompok B (Wajib)
|
|
|||
7.
|
Seni Budaya
|
2
|
2
|
2
|
8.
|
Pendidikan
Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
|
3
|
3
|
3
|
9.
|
Prakarya dan Kewirausahaan
|
2
|
2
|
2
|
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu
|
24
|
24
|
24
|
|
Kelompok C (Peminatan)
|
|
|||
Matapelajaran
Peminatan Akademik (Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah
|
18
|
20
|
20
|
|
Matapelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (Sekolah
Menengah Atas / Madrasah Aliyah
|
24
|
24
|
24
|
|
JUMLAH JAM PELAJARAN YANG HARUS DITEMPUH PERMINGGU
(SEKOLAH MENENGAH ATAS / MADRASAH ALIYAH)
|
42
|
44
|
44
|
|
JUMLAH JAM PELAJARAN YANG HARUS DITEMPUH PERMINGGU
(SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN / MADRASAH ALIYAH KEJURUAN)
|
48
|
48
|
48
|
Analisis
Tugas Guru Penjasorkes
Keunikan
tugas guru Penjasorkes terletak pada misi yang yang diemban untuk mencapai
tujuan pendidikan yang bersifat menyeluruh. Meskipun
keterjadian proses belajar ditandai dengan aneka aktivitas jasmani sebagai
pengalaman belajar, tetapi seluruh adegan pendidikan, juga tertuju pada
peningkatan kemampuan penalaran dan pengembangan sifat-sifat kepribadian,
sesuai dengan ciri pendekatan kurikuklum 2013.
Tousignant
dan Siedentop (1982) mengklarifikasikan tugas yang dilaksanakan oleh guru Penjasorkes
menjadi: 1) tugas manajerial, mencakup pengecekan kehadiran dan kelengkapan
pakaian. 2) tugas instruksional yang difokuskan pada fase transisi, mencakup
pengorganisasian kelompok, dan penempatan serta pengaturan perlengkapan. Tugas
yang diemban guru Penjasorkes untuk mencapai taraf efektifitas mengajar yang
memuaskan mencakup beberapa dimensi manajemen, meliputi: 1) menajemen
tugas-tugas ajar, 2) manajemen perilaku, dan 3) menajemen waktu serta
perlengkapan. Guru penjasorkes memainkan peranan sebagai perencana, manajer,
kolega, profesional pendidikan jasmani, konselor (guru pembimbing), dan
representatif sekolah (Siedentop, Herkowitz, dan Rink, 1984).
Menjadi
guru Penjasorkes jauh lebih pelik dari bidang studi lainnya. Sebagai pengalaman
belajar yang dikemas dalam kurikulum, pendidikan jasmani lebih rumit karena
beberapa alasan. Pertama, tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, karena
bukan hanya untuk meningkatkan aspek fisik dengan beberapa unsur yang relevan,
misalnya untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh. Kedua,
pencapaian tujuan yang dimaksud bergantung pada tugas-tugas ajar, yang dalam
hal ini, berupa aktivitas jasmani dalam bentuk kegiatan bermain atau olahraga.
Ketiga, bagaimana metode mengajar untuk mengantarkan tugas ajar sebagai
rangsangan bagi petumbuhan juga ikut memberikan andil bagi pencapaian tujuan
pendidikan. Keempat, faktor lingkungan yang meliputi aspek fisik, seperti
sarana dan prasarana olahraga menentukan, apakah kegiatan belajar mengajar
dapat berlangsung dengan lancar. Kelima, faktor atmosfir belajar, suasana
psikologis yang tergambar dalam reaksi emosi semua personil sekolah, termasuk
guru dan siswa.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, kunci utama terletak pada kompetensi guru-guru penjasorkes
untuk mengelola poses pembelajaran, yang meliputi, Pengelolaan: tugas-tugas
ajar, perilaku siswa, alat dan fasilitas olahraga, administrasi, dan waktu.
Pendekatan Ilmiah Dalam Pembelajaran Mengacu Pada Permendikbud Ri Nomor 65
Tahun 2013 Tentang Standart Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah
Esensi
Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu
proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah
dalam pembelajarannya. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas
perkembangan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, lebih
mengedepankan penalaran induktif (induktif
reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deduktive reasoning). Penalaran deduktive melihat
fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya,
penalaran induktive memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian
menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya , penalaran induktive
menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode
ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail
untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi
atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru,
atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut
ilmiah, metode pencarian (method of
inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,
empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena
itu, metode ilmiah memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui
observasi dan ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian
memformulasi, dan menguji hipotesis.
Langkah-langkah
Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua
jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran
harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam
proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggapit
transformasi substansi atau materiajar agar peserta didik tahu tentang
‘mengapa’.
Ranah keterampilan menggapit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan
menggapit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu
tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft
skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompesensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada demensi padagogik
modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan
ilmiah (saintifik appoach) dalam
pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui
pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta.
Contoh
penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran penjasorkes
Secara sederhana langkah-langkah pendekatan saintifik
dalam pembelajaran penjasorkes dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengamati;
Mengamati dalam pembelajaran penjasorkes diartikan bahwa perserta didik diajak
untuk melihat, baik melihat melalui audio visual ataupun melalui
gerakan-gerakan yang akan dipraktekkan atau di demonstrasikan oleh guru. Hal
ini dimaksudkan untuk mengekplorasi daya pikir peserta didik, sampai sejauh
mana penguasaan awal tentang materi yang akan diberikan. Dari pengamatan ini
nantinya guru akan lebih mudah ataupun sebaliknya lebih sulit memberikan materi
tergantung dari hasil pengamatan yang dilakukan sebelumnya. Mengamati dalam pembelajaran
penjasorkes ini bisa dilakukan dengan melihat tayangan visual seperti video
atau film dokumenter bagi guru atau sekolah yang mempunyai sarana yang memadai.
Tetapi bagi guru atau sekolah yang tidak mempunyai sarana pendukung audio
visual, mengamati bisa dilakukan tidak selalu dengan melihat tayangan,
tetapibisa juga dengan pengamatan langsung di lingkungan sekitar dengan membawa
atau mengajak siswa-siswa ke luar lingkungan sekolah misalnya memperhatikan
aktivitas manusia dalam kegiatan sehari-hari atau melihat perilaku hewan.
Materi pengamatan dalam pembelajaran ini yang akan diberikan harus sesuai
dengan materi ataupun tujuan dari pembelajaran, jadi guru harus pandai atau
selektif dalam memilih materi tayangan yang harus diberikan. Misalnya dalam materi
pembelajaran passing bawah dalam bola voli, maka vidio atau tayangan yang akan
diberikan harus identik dengan permainan bola voli, baik permainan sesungguhnya
ataupun permainan yang dimodifikasi. Selain mengamati vidio pembelajaran
ataupun mengamati aktifitas manusia, seorang guru bisa memberi contoh gambar
baik foto maupun ilustrasi, yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang
akan disampaikan. Setelah mengamati vidio ataupun tayangan gambar, peserta
didik diberi kesempatan untuk memberikan pendapat, ataupun ulasan mengenai
hal-hal yang baru mereka amati. Guru harus memberikan kesempatan
sebanyak-banyaknya kepada peserta didik. Dengan langkah ini diharapkan guru
akan bisa merangkum dari sekian banyak pendapat dan memberikan kesimpulan,
sehingga langkah pembelajaran berikutnya guru dengan mudah akan merancangnya.
2. Menanya;
Setelah seluruh peserta didik megamati tayangan vidio atau gambar maka tahap
berikutnya dalam pembelajaran penjasorkes passing bawah bola voli yang menggunakan
pendekatan seintifik adalah bertanya. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk
memudahkan siswa mengetahui tentang makna dari sebuah gerakkan atau teknik
dasar dari materi yang akan disampaikan. Dalam tahap bertanya ini terjadi dua
arah, maksudnya guru memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada peserta
didik untuk menanyakan apa yang dia ketahui, dan dalam kesempatan yang sama
guru harus menjawab sejelas-jelasnya sampai peserta didik terjawab dengan
jelas, maka giliran guru yang kan memberikan pertanyaan kepada peserta didik.
Hal ini dimaksudkan supaya guru mengetahui sejauh mana materi awal yang
dikuasai peserta didik, sehingga guru dengan mudah akan merancang metode dan
langkah pembelajaran selanjutnya.
3. Mencoba;
Pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk mencoba melakukan gerakan
hasil pengamatan tayangan vidio ataupun contoh yang didemonstrasikan oleh guru.
Dalam proses mencoba ini guru harus memberi kesempatan kepada semua peserta
didik untuk mempraktekkan sebuah keterampilan gerak sebanyak-banyaknya.
Pada tahap ini guru mengamati setiap keterampilan
gerak yang dilakukan peserta didik sesuai dengan tayangan vidio, yang
terpenting adalah semua peserta didik mencoba melakukan keterampilan gerak
dengan sebanyak-banyaknya tanpa melihat benar ataupun salah keterampilan gerak
yang dilakukan. Tujuannya adalah semua peserta didik mempunyai pengalaman gerak
yang banyak.
Dalam pembelajaran penjasorkes tahapan mempraktekkan
merupakan tahapan yang wajib dilaksanakan sesuai dengan kemampuan motorik
masing-masing siswa, karena benar dan tidaknya pola gerak dasar lokomotor bisa dilihat
dan diamati serta dinilai dari gerakan. Dalam fase atau tahap ini guru
memberikan kebebasan untuk mempraktekkan apa yang peserta didik pahami dalam
langkah pembelajaran sebelumnya, yaitu mengamati, bertanya dan diskusi. Salah
satu materi yang akan dipelajari dalam pembelajaran penjasorkes adalah
permainan bola besar yaitu bola voli passing bawah. Passing dalam permainan
bola voli adalah usaha seorang pemain bola voli dengan cara menggunakan suatu
teknik tertentu yang bertujuan untuk mengoperkan bola yang dimainkannya itu
kepada temannya seregunya unutk dimainkan di lapangan sendiri. Elemen dasar
bagi pelaksanaan operan passing bawah yang baik adalah: (a) gerakkan mengambil
bola, (b) mengatur posisi, (c) memukul bola, (d) mengarahkan bola ke arah
sasaran.
Untuk bisa melakukan teknik dasar materi permainan
bola voli passing bawah seperti di atas, peserta didik sebelumnya harus mampu
memahami dan mengerti teknik dasar sebenarnya dengan baik sesuai yang ada dalam
materi. Karena dalam materi ini banyak sekali teknik yang mesti dilakukan mulai
dari pandangan, posisi badan, posisi kaki, posisi tangan sampai pada gerakkan
lanjutan. Dengan materi hanya satu yaitu teknik passing bawah tapi teknik
dasarnya banyak maka tahapan melakukan harus lebih banyak porsinya. Misalnya
prosentase antara penjelasan dan mempraktekkan bisa dikatakan 20% berbanding
80%.
Berikut ini adalah contoh pelaksanaan langkah
pembelajaran penjasorkes materi permainan bola voli passing bawah.
1. Berbaris,
berdoa, presensi, dan apersepsi
2. Memberikan
motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran
3. Pemanasan
dengan pendekatan bermain lempar tangkap bola besar serta peregangan
statis dan
dinamis.
4. Teknik dasar
passing bawah dengan rincian sebagai berikut: Melakukan passing bawah dengan
diawali dengan boal dipantul teman ditempat dan setelah mantul di lantai bola
didorong dengan dua lengan (perorangan). Melakukan passing bawah denga diawali
bola diambungkan teman di tempat dilanjutkan sambil berjalan ke depan dan gerak
menyamping kanan dan ke kiri (perorangan). Melakukan passing bawah secara
langsung berpasangan, berkelompok, membentuk formasi lingkaran atau berbanjar.
Melakukan passing bawah dengan cara mendorong bola diawali bola dilambungkan
sendiri di tempat lalu di tangkap dilanjutkan sambil berjalan ke depan
(perorangan). Melakukan passing bawah dengan diawali dengan bola dilambungkan
di tempat dan setelah mantul di lantai bola didorong dengandua lengan
(perorangan). Melakukan passing bawah sambil berjalan dan gerak menyamping
kanan dan kiri (perorangan).
Dengancontoh di atas fungsi seorang guru tidak
dominan, tetapi hanya melakukan pengamatan dan mencatat tentang apa yang kurang
dan mesti dikoreksi, ataupun memberikan apresiasi bagi peserta didik yang mampu
melakukan sesuai dengan teknik sebenarnya dan ini akan dilaksanakan oleh guru
pada akhir pembelajaran.
4. Mengolah;
Setelah peserta didik mencoba melakukan sebuah keterampilan gerak, tahap
selanjutnya tahap selanjutnya melakukan pengulangan-pengulangan keterampilan
gerak terutama pada bagian-bagian keterampilan gerak yang belum dikuasai. Pada
tahap ini peserta didik harus memperhatikan benar tahapan-tahapan gerak yang
dilakukan apa sudah sesuai dengan gerakkan pada tayangan vidio ataupun belum.
5. Menyaji;
Pada tahan ini peserta didik diberi kesempatan kembali oleh guru untuk
menyajikan keterampilan gerak hasil dari latihan yang dilakukan pada tahapan
mengolah. Di sini guru harus memperhatikan semua tahap-tahap gerak yang dilakukan
oleh peserta didik selama penyajian keterampilan gerak.
6. Menalar;
Menalar secara umum adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas
fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Di sisni
penalaran dapat bermakna penyerupaan (associating)
dan dapat juga bermakna akibat (reasoning).
Pada tahap pembelajaran ini penalaran bisa dilaksanakan dengan berbagai metode
diantaranya adalah diskusi. Dengan diskusi maka akan banyak pendapat yang
dikemukakan oleh peserta didik dengan berbagai macam alas an. Posisi seorang
guru dalam tahap ini hanyalah sebagai mediator sampai semua pendapat bisa
dikemukakan. Tahap berikutnya adalah guru menyimpulkan dari berbagai macam
pendapat dari peserta didik. Pada tahap ini peserta didik sudah mampu memahami
tahap-tahap gerak yang seharusnya dilakukan sesuai dengan pola gerak yang benar.
7. Mencipta; Setelah peserta didik
memahami betul pola gerak yang harus dilakukan dalam sebuah keterampilan
gerak, maka fase berikutnya adalah
peserta didik semaksimal mungkin melakukan gerakan sesuai dengan pola gerak
yang benar, bahkan pada tahapan ini peserta didik sudah mampu melakukan variasi
dan kombinasi teknik gerak yang dilakukan.
Penutup
…………
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar