OPTIMALISASI KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI
MELALUI BERMAIN
Oleh: Aris Priyanto (Guru SMAN 1 Yogyakarta)
Abstrak
Di tengah terpuruknya
prestasi tim nasional Indonesia dan berbagai persoalan di negeri ini seperti
tawuran antar pelajar, bentrokan antar warga, dan lain-lain sumber daya manusia
yang berkualitas bisa jadi tumpuan harapan sebagai titik awal untuk bangkit.
Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut harus dipersiapkan sejak dini,
mulai dari usia dini sebagai masa the
golden age sampai jenjang pendidikan tinggi, sehingga dapat menjadi manusia
dewasa yang berkualitas. Ada beberapa tolak ukur sumber daya manusia yang
berkualitas, salah satu diantaranya adalah tingkat kecerdasan.
Semua kecerdasan telah ada di otak manusia sejak
lahir. Kecerdasan terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan otak. Kapasitas
kecerdasan, 50% terjadi ketika anak berusia 4-6 tahun, 80% ketika berusia 8
tahun dan titik puncaknya pada usia 18 tahun. Setelah lahir, pertumbuhan dan
perkembangan otak berjalan cukup pesat sampai anak berusia sekitar 18 bulan dan
masa emasnya sampai pada sekitar usia 5-6 tahun. Untuk mengoptimalkan fungsi
otak dibutuhkan nutrisi yang baik, stimulasi yang memadai, dan derajat
kesehatan yang baik. Bergerak, aktivitas dan latihan fisik melalui metode
permainan merupakan salah satu cara menstimulasi otak. Selanjutnya, bagaimana
cara membentuk generasi muda yang cerdas? Apakah aktivitas fisik melalui
pendidikan jasmani yang menggunakan metode bermain dapat mengembangkan
kecerdasan otak khususnya pada fungsi kinestetik? Jawaban tersebut diharapkan
dapat menjadi titik tolak pengembangan generasi muda yang cerdas dan kompetitif
di masa kini dan masa mendatang.
Kata kunci: Anak usia dini,
bermain. kecerdasan kinestetik.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Dalam rangka mewujudkan
tatanan pendidikan yang mandiri dan berkualitas sebagaimana diatur dalam UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu dilakukan berbagai
upaya strategis dan integral yang menunjang penyelenggaraan pendidikan. Kesempatan
memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku untuk semua (education for all), mulai dari usia dini
sebagai masa usia emas sampai jenjang pendidikan tinggi. Pasal 28 Undang-Undang
No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan PAUD
ini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik
beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik,
kecerdasan, sosio emosional, bahasa dan komunikasi.
Pemahaman yang mendalam
tentang proses belajar anak usia dini diperlukan agar para pendidik mampu
merencanakan, mengembangkan serta menggunakan sumber belajar dan berbagai
bentuk permainan untuk kepentingan pendidikan anak usia dini. Sumber belajar
dan alat permainan yang digunakan dapat dipilih dari bahan di sekitar anak,
sehingga perlu dicari solusi atau alternatif kegiatan serta pemilihan alat,
bahan dan macam-macam bentuk permainan yang diperlukan. Materi dapat
dikembangkan sesuai dengan potensi lingkungan setempat, sehingga anak dapat
menghargai lingkungan sekitarnya.
Program pendidikan usia
dini selalu berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Namun kesukaan anak
sesungguhnya tidak berubah yaitu bermain dan beraktivitas. Kesukaan anak-anak
bermain tersebut perlu diarahkan pada kegiatan yang bermanfaat. Anak dapat
diberi pilihan yang menarik dan produktif sesuai dengan kebutuhannya. Oleh
karena itu, optimalisasi kecerdasan kinestetik anak usia dini menjadi sangat
penting dan pendidikan anak usia dini menempati posisi strategis dalam
pengembangan sumber daya manusia yang cerdas.
Pembahasan
Pengenalan tentang Otak
Sejak lahir semua
kecerdasan telah ada di otak manusia.Meskipun demikian, bagaimanakah kecerdasan
manusia itu dapat dikembangkan? Setiap otak manusia terbagi atas tiga bagian,
yang disebut sebagai otak triune.Tiap-tiap bagian otak berkembang pada waktu
yang berbeda, mempunyai syaraf tertentu, dan mengatur tugas tugas tertentu
pula.

Gambar 1. Tiga bagian dasar otak manusia (otak triune)
Otak reptil atau batang otak merupakan bagian otak
yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi motor-sensor, yakni pengetahuan
tentang realitas fisik yang yang berasal darai panca indera.Disebut otak reptil
karena otak ini berkaitan dengan isnting mempertahankan hidup.Jika anak merasa
tidak aman, otak reptil ini spontan bangkit dan bersiaga.
Yang kedua adalah sistem limbik, yang terletak
terletak dibagian tengah otak.Bagian otak ini mempunyai fungsi emosi dan
kognitif.Disebut otak mamalia, karena sistem limbik yang sangat canggih ini
juga merupakan bagian otak yang dimiliki mamalia.Otak ini menyimpan perasaan
manusia, pengalaman yang menyenangkan, memori, dan kemampuan belajar.
Yang ketiga adalah neokorteks, merupakan materi
otak terbesar (80% dari seluruh materi otak).Pada otak neokorteks inilah
kecerdasan-kecerdasan manusia berada. Neokorteks mengatur proses bernalar,
berfikir intelektual, membuat keputusan, bahasa, kendali motorik sadar, dan
ciptakan gagasan nonverbal.
Pada anak usia 4-6 tahun, otak reptil dan otak
mamalianya telah berkembang sekitar 80%. Pada saat itulah berbagai kecerdasan
anak terbuka. Jika hingga usia 4-6 tahun anak diperlakuakn dengan baik,
terstimulasi dengan berbagai aktivitas jasmani yang menyenangkan dan berolah
pikir, maka ketiga bagian otak akan berkembang dengan baik.Nutrisi yang baik,
derajat kesehatan yang baik dan stimulasi yang memadai melaui aktivitas
pendidikan jasmani yang baik membantu perkembangan otak reptil dan otak
mamalia. Bahkan, karena aktivitas pendidikan jasmani mampu mengerakan gagasan,
memecahkan masalah, mendatangkan kegembiraan sekaligus, maka neokorteks anak
pun semakin terangsang. Semakin terangsang otak anak dengan aktivitas intelektual
dan interaksi lingkungan, semakin banyak jalinan yang dibuat antarsel di dalam
neokorteks(de Porter & Hernacki, 1999).
Selain teori otak triune di atas, otak manusia juga
dibagi berdasarkan teori belahan otak, yakni otak kanan dan otak kiri. Cara
berpikir otak kanan adalah acak, tidak teratur, holistik, dan intuitif. Otak
kanan berkaitan dengan aspek perasaan, emosi, spasial, pengenalan bentuk dan
pola, musik, humor, warna, imajinasi, dan kreativitas. Otak kiri bercara pikir
logis, urut, sistematis, dan rasional. Otak kiri berkaitan dengan ekspresi
bahasa, berpikir logis, dan berpikir simbolis.
Melalui gambar 2 dapat dilihat bahwa otak manusia
merupakan satu kesatuan. Walaupun otak memiliki bagian-bagian yang
diidentifikasi dari sudut bentuk dan fungsinya, kesemuanya merupakan satu
kesatuan yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu, kesemuanya harus dipelihara
dengan baik, melalui perawatan, stimulasi yang terus menerus, dan pemberian
kesempatan yang memadai.

Gambar 2. Otak manusia
Masalah utama, mengapa anak harus dirangsang
melalui permainan yang mengasah semua kecerdasannya adalah karena tidak satu
pun bagian otak yang bekerja secara sempurna tanpa adanya rangsang dari bagian
yang lain. Howard Gardner melalaui teori multiple intelligences menyatakan
bahwa sembilan kecerdasan manusia berkaitan dengan semua bagian otak, terutama
otak bagian kanan dan otak kiri. Hal ini sejalan dengan pernyataan De Porter
dan Hernacki (1999), bahwa kecerdasan dapat berkembang dengan baik apabila
terpenuhi syarat berikut: struktur saraf bagian bawah harus cukup berkembang
agar energi dapat mengalir ke tingkat yang lebih tinggi, anak harus merasa aman
secara fisik dan emosional, harus ada model pemberian rangsangan yang wajar.
Pendidikan Jasmani
Untuk dapat memenuhi tantangan berupa gerak
perubahan dinamik yang disebabkan oleh pengaruh globalisasi dewasa ini, yang
menempatkan pembangunan modal manusia(human capital) dan modal sosial(social
capital) dalam kedudukan strategis, maka arah pembaharuan pendidikan
jasmani adalah untuk mendukung pembaharuan pendidikan pada umumnya. Istilah
modal manusia menunjuk kepada pengertian tentang sifat-sifat psikologis,
keterampilan yang berubah dan berkembang sebagai akibat pendidikan.
Dimensi keutuhan pribadi tersebut, telah ditegaskan
dalam UU Pendidikan No. 4 Tahun 1950, Pasal 9:” Untuk membentuk keseimbangan
antara pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani, maka pendidikan jasmani
diselenggarakan disemua jalur sekolah.”Definisi pendidikan jasmani yang lebih
mutakhir, tercantum dalam keputusan Pemerintah tahun 1987 (SK Mendikbud No.
413/U/1987). Definisi tersebut berbunyi: “ Pendidikan jasmani adalah bagian
integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk
meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual, dan
emosional.”
Konsep pendidikan jasmani tersebut berakar pada
filsafat pendidikan John Dewey yang memahami hakekat peserta didik sebagai
manusia utuh, kesatuan jiwa dan badan yang melumat satu sama lain dan harus
dikembangkan seiring sejalan.
Metode Bermain
Metode mengajar merupakan cara atau jalan yang
ditempuh untuk menyajikan tugas-tugas ajar yang pada dasarnya berupa kerja
fisik dan keterampilan. Guru pendidikan jasmani perlu mempertimbangkan, apa
metode yang paling tepat sehingga keterampilan itu dapat dikuasai dalam waktu
yang tidak terlalu lama. Bermain merupakan metode yang paling efektif untuk
mematangkan perkembangan anak (Yeniar Indriana, 2008).Bemain merupakan faktor
yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak.Kegiatan bermain
mempengaruhi perkembangan keenam aspek perkembangan anak, yaitu aspek kesadaran
diri, emosional, sosial, komunikasi, kognisi dan keterampilan motorik (Catron
& Allen, 1999).
Aktivitas-aktivitas di kelas yang diprakasai dan
dirancang guru dapat dikatakan menggunakan metode bermain apabila menyediakan
berbagai pilihan bagi anak, menyenangkan, dan ada interaksi di antara
anak.Sementara bagi guru, suatu kegiatan dapat dikatakan bermain apabila
mengandung unsur eksplorasi, eksperimentasi, penemuan dan evaluasi.
Tabel 1 Persepsi Anak tentang
Kontinum Bermain-Bekerja
Bermain
Bekerja

HAKIKAT
KEGIATAN
|
||
Bebas mengeksploitasi
benda
|
Aktifitas mungkin
Didesain guru tapi
Memungkinkan penemuan
Dan kreatifitas
|
Kegiatan dirancang dan di
bawah perintah guru
Orientasi produk
|
Umumnya melibatkan
Benda lain atau
manipulatif
|
Kegiatan diseleksi
Sendiri tapi memerlukan
Konsentrasi atau
Perhatian detail
|
Biasanya melibatkan
Pensil dan kertas
|
Tidak perlu kesungguhan
Berorientasi proses
|
Permainan beraturan dan
bermuatan akademik
|
Kadang-kadang
Membutuhkan
Kesungguhan. Proyek
(di TK)
|
KETERLIBATAN
ANAK
|
||
Berpusat pada minat anak
|
Minat berpusat pada guru
Tetapi tersedia pilihan
Untuk anak
|
Membutuhkan konsentrasi
dan aktivitas kognisi anak
|
Aktif secara fisik,
sedikit
Konsentrasi mental/
Aktivitas kognisi
|
|
Fisik, biasanya, tidak aktif
|
Dapat berinteraksi secara
Bebas dengan pasangan
|
Dapat berinteraksi secara
Bebas dengan pasangan
|
Kadang-kadang ada
Interaksi dengan pasangan
|
Selalu menyenangkan
|
Biasanya menyenangkan
|
Kadang menyenangkan
|
KETERLIBATAN
GURU
|
||
Sedikit harapan guru
|
Umumnya ada evaluasi
guru
|
Berpusat pada harapan
Dan niat guru
|
Jarang dievaluasi guru
|
|
Keluaran di evaluasi
guru
|
Jarang dievaluasi guru
|
|
Jarang dievaluasi guru
|
Dikutip dari Lisa A. Wing
(1996)
Stimulasi
terhadap Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak
seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan
mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu.Kecerdasan ini
meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan,
keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima rangsang,
sentuhan, dan tekstur.
Stimulasi kecerdasan kinestetik terjadi pada saat bermain.Pada saat
bermain itulah anak berusaha melatih koordinasi otot dan gerak. Stimulasi
kinestetik terjadi dalam wilayah-wilayah berikut:
·
koordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti
menggambar, menulis, memanipulasi objek, menaksir secara visual, melempar,
menendang, menangkap;
·
keterampilan lokomotor, seperti berjalan, berlari,
melompat, berbaris, meloncat, mencongklak, merayap, berguling, dan merangkak;
·
keterampilan nonlokomotor, seperti membungkuk,
menjangkau, memutar tubuh, merentang, mengayun, berjongkok, duduk, berdiri;
·
kemampuan mengontrol dan mengatur tubuh seperti
menunjukkan kesadaran tubuh, kesadaran ruang, kesadaran ritmik, keseimbangan,
kemampuan untuk mengambil start, kemampuan menghentikan gerak, dan mengubah
arah (Catron & Allen, 1999).
Anak yang cerdas
dalam gerak-kinestetik terlihat menonjol dalam kemampuan fisik (terlihat lebih
kuat, lebih lincah) daripada anak-anak seusianya. Mereka cenderung suka
bergerak, tidak bisa duduk diam berlama-lama, mengetuk-ngetuk sesuatu, suka
meniru gerak atau tingkah laku orang lain yang menarik perhatiannya, dan senang
pada aktivitas yang mengandalkan kekuatan gerak seperti mamanjat, berlari,
melompat, berguling. Selain itu, anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik suka
menyentuh barang-barang.Mereka suka bermain tanah liat dan menunjukkan minat
yang tinggi ketika diberi tugas yang berkaitan dengan keterampilan tangan.
Anak yang
memiliki kecerdasan gerak-kinestetik memiliki koordinasi tubuh yang
baik.Gerakan-gerakan mereka terlihat seimbang, luwes, dan cekatan.Mereka cepat
menguasai tugas-tugas motorik halus seperti menggunting, melipat, menjahit,
menempel, merajut, menyambung, mengecat, dan menulis.Secara artistik mereka
kemampuan menari dan menggerakkan tubuh mereka dengan luwes dan lentur.
Guru dapat
memfasilitasi anak-anak yang memiliki kecerdasan ini dengan memberi kesempatan
pada mereka untuk bergerak. Pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga
anak-anak leluasa bergerak dan memiliki peluang untuk mengaktualisasikan
dirinya secara bebas.Pembelajaran dapat dilakukan di luar ruangan seperti
meniti titian, berjalan satu kaki, senam irama, merayap, dan lari jarak
pendek.Permainan yang bermuatan akademis sangat membantu anak-anak menyalurkan
kebutuhan mereka untuk bergerak.
Rangsang terhadap
kecerdasan gerak-kinestetik membantu perkembangan dan pertumbuhan anak. Sesuai
dengan sifat anak, yakni suka bergerak, proses belajar hendaklah memperhatikan
kecenderungan ini. Anak-anak dengan kecenderungan kecerdasan ini belajar dengan
menyentuh, memanipulasi, dan bergerak.Mereka memerlukan kegiatan belajar yang
bersifat kinestetik dan dinamis.Mereka membutuhkan akses ke lapangan bermain,
lapangan rintangan, kolam renang, dan ruang olah raga.Oleh karena itu, proses
pembelajaran yang menuntut konsentrasi anak dalam konteks pasif (duduk tenang
di kelas) hendaklah dikurangi.
Menurut Gardner, kecerdasan gerak-kinestetik
mempunyai lokasi di otak serebelum (otak kecil), basal ganglia (otak
keseimbangan) dan motor korteks. Kecerdasan ini memiliki wujud relatif
bervariasi, bergantung pada komponen-komponen kekuatan dan fleksibilitas serta
domain seperti tari dan olah raga.
Kecerdasan
kenestetik dapat dirangsang melalui permainan-permainan yang memungkinkan anak
bergerak dengan tumpuan otot dan keseimbangan, keluwesan dan kelenturan, serta
gerakan-gerakan motorik halus seperti menjahit, melukis, menulis, atau
menganyam.
Berikut ini
beberapa contoh bentuk-bentuk permainan yang dapat menstimulasi kinestetik
untuk usia 4-5 tahun (Tadkiroatun Musfiroh, 2008). Tujuan umum permainan mengembangkan
kecerdasan kinestetik.Permainan “Jalan Rupa-rupa,” tujuan permainan untuk
merangsang penguasaan keseimbangan tubuh dan kelincahan gerak. Permainan “Jalan
Mangkuk”. Tujuan untuk mengembangkan penguasaan keseimbangan tubuh dan
penguasaan kelincahan gerak. Permainan “Patung Direjen”. Tujuan untuk
merangsang keluwesan dan kelenturan tubuh, mengeksplorasi gerakan tangan, jari,
dan pergelangan tangan, mengembangkan penguasaan keimbangan tubuh.Permainan
“Jalan Binatang” Tujuan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar, merangsang
kesinkronan gerak motorik kasar dan motorik halus.
Tabel
11.
Indikator Ketercapaian Stimulasi Kinestik Anak Usia 4 – 5 Tahun
JUDUL PERMAINAN
|
INDIKATOR
KETERCAPAIAN
|
Jalan Rupa – rupa
|
Anak
menikmati permainan
|
Anak dapat berjalan dengan tangan terbentang,
berjalan mundur, dengan tangan ke atas dan ke bawah, dan variasi lain
|
|
Jalan Mangkuk
|
Anak terlibat aktif dalam permainan
|
Anak
dapat brjalan sambil membawa mangkuk berisi air
|
|
Patung Dirijen
|
Anak terlibat aktif dalam permainan
|
Anak dapat melakukan gerakan dirijen
|
|
Anak
mampu berdiam diri dalam posisi gerak tertentu
|
|
Jalan Binatang
|
Anak teribat aktif dalam permainan
|
Anak dapat menirukan berbagai gerak binatang
|
|
Maronce Manik - manik
|
Anak
menikmati permainan
|
Anak dapat memasukan senar ke dalam lubang manik –
manik & menalikan senar (dengan bantuan)
|
|
Mengambil dengan Penjepit
|
Anak
menikmati permainan
|
Dikutip dari Tadkiroatun Musfiroh (2008)
Contoh-contoh
permainan stimulasi kinestetik untuk anak usia 5-6 tahun. Tujuan Umum permainan
ini merangsang: gerak motorik kasar, kemampuan menjaga keseimbangan, membuat
gerakan-gerakan yang luwes, keterampilan motorik. Permainan “Tinggi-tingian”.
Tujuan merangsang kecerdasan kinestetik dan penguasaan keseimbangan
tubuh.Permainan”Lompat kodok”.Tujuan merangsang kelenturan gerakan yang
bertumpu pada kekuatan otot kaki, penguasaan keseimbangan tubuh.Permainan
“Tarian alam” Tujuan merangsang kecerdasan gerak kinestetik melalui
gerakan-gerakan yang luwes.Permainan “Jahit jelujur”.Tujuan merangsang
kecekatan dan kelenturan gerak motorik halus.Permainan “Jaring
laba-laba”.Tujuan merangsang koordinasi motorik halus.
Tabel.
12 Indikator Ketercapaian Stimulasi Kinestetik
Anak Usia 5 – 6
JUDUL PERMAINAN
|
INDIKATOR KOMPETENSI
|
Tinggi –
tinggian
|
Anak terlibat
aktif dalam permainan (melakukan, memperhatikan lompatan teman)
|
Anak dapat
melompat 10 kali dengan penuh semangat
|
|
Lompat Kodok
|
Anak terlibat
aktif dalam permainan
|
Anak dapat
melompat dalam posisi jongkok seperti katak
|
|
Tarian Alam
|
Anak menikmati permainan
|
Anak dapat
menari dengan tema tertentu dengan gerakan yang luwes
|
|
Anak dapat
mengikuti irama musik dengan gerakan
|
|
Jahit
Jelujur
|
Anak terlibat
aktif dalam permainan
|
Anak dapat
menautkan kertas dengan jahit jelujur (melalui lubang kertas dan benang)
|
|
Jaring Laba
- laba
|
Anak terlibat
aktif dalam permainan
|
Anak dapat menali tiga batang lidi membentuk lingkaran (lihat gambar)
|
|
Anak dapat mengaitkan benang ke lidi
membentuk jaring laba - laba
|
Dikutip dari Tadkiroatun Musfiroh (2008)
Penutup
Pembelajaran
pendidikan jasmani dengan metode yang tepat, baik dan terstruktur sangat
membantu dalam menstimulus fungsi kecerdasan kinestetik anak. Aktivitas fisik,
melalui pendidikan jasmani yang menyenangkan selain bermanfaat untuk kesehatan
pada umumnya, tetapi ternyata juga sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang otak.
Stimulasi yang paling baik pada anak-anak adalah melalui bermain. Bermain
sangat penting bagi perkembangan anak.“Bermain adalah sumber perkembangan dan
membentuk the zone of proximal development (ZDP) (Vygotsky, 1967 dalam Hoorn,
1999).
Daftar Pustaka
Catron, Carol E. & Allen, Jan. 1999. Early Childhood Curriculum A Creative-Play Modell. New Jersey :
Merill, Prentice-Hall.
Eliyawati, Cucu, 2005. Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk
Anak Usia Dini. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Jakarta.
Gardner, Howard. 1993. Multiple
Intelligences : The Theory in Practice A Reader. New York: Basic Books.
Indriana, Yeniar. 2008. Optimalisasi Potensi Anak Usia Dini Melalui
Metode Bermain. UNY.
Keputusan Pemerintah Tahun 1987 (SK Mendikbud No. 413/U/1987),
1987.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Laksmi Ambardini, Rachmah, 2008. Peran Pendidikan Jasmani terhadap
Perkembangan Kognitif Peserta Didik.Makalah.SMAN 1 Yogyakarta.
Lutan, Rusli, dkk. 2002. Supervisi Pendidikan Jasmani.Jakarta:
Departemen Pedidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Musfiroh, Tadkiroatun, 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta : PT
Grasindo
Sukadiyanto, 2008.Peranan Pendidikan Jasmani terhadap Perkembangan
Otak.Makalah.SMAN 1 Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar