MENJADI
PENGAWAS YANG DICINTAI DAN DITELADANI GURU
Oleh
Aris
Priyanto
Pengawas
SMA, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
Pendahuluan
Ketika mengawali tugas
kepengawasan, penulis memberikan pertanyaan ‘apa yang muncul di benak anda tentang pengawas’ kepada guru-guru
dalam suatu acara pembimbingan.
Pertanyaan yang dijawab secara brainstorming
tersebut
ternyata mengagetkan penulis. Jawaban yang muncul adalah sederetan kata-kata
yang mengindikasikan kesan kurang baik terhadap pengawas: menakutkan, kaku,
kurang komunikatif, jarang berkunjung ke sekolah, rumit, dan sebagainya. Kata-kata
tersebut merupakan karakteristik dari paradigm lama pengawas. Hal ini
menyadarkan penulis untuk menghindari karakteristik tersebut dan berniat
menjadi pengawas dengan paradigm baru. Pada akhir diskusi dengan guru-guru
tersebut mereka menyampai keinginannya untuk mempunyai pengawas yang dicintai dan diteladani oleh guru.
Bukan menjadi rahasia
lagi bahwa jabatan pengawas hingga kini masih kurang banyak diminati. Banyak
guru bercita-cita ingin menjadi kepala sekolah namun sedikit dari mereka yang
ingin menjadi pengawas. Sejumlah kepala sekolah enggan menjadi pengawas,
meskipun secara struktural jabatan pengawas lebih tinggi dibanding jabatan
kepala sekolah. Banyak orang melihat sebelah mata pada jabatan pengawas namun
lebih mengagungkan jabatan kepala sekolah.
Hal ini karena kepala sekolah dianggap relatif lebih sejahtera dibanding
menjadi pengawas. Pengawas oleh banyak pihak kerap disebut ‘jendral berpenghasilan kopral’. Ada juga yang menyebut pengawas
sebagai ‘pohon tinggi buahnya jarang’. Oleh
karena itu pengawas juga perlu selalu sadar jika menjadi pengawas tidak akan
mungkin kaya, kalau ingin kaya jangan jadi pengawas: jadilah pedagang atau pengusaha! Ketika menyandang jabatan pengawas seseorag harus benar-benar
ikhlas bekerja dengan penuh komitmen dan ketulusan tanpa memikirkan berapa
rejeki yang akan diterima. Rejeki
akan mengalir sesuai dengan tingkat keprofesian pengawas.
Hal yang menurunkan
citra pengawas salah satunya karena diantara pengawas banyak yang tidak bangga
sebagai pengawas padahal kunci utama kesuksesan seorang pengawas adalah jika ia
bangga sebagai pengawas. Dengan ‘bangga
sebagai pengawas’ ia akan bekerja dengan penuh antusias. Antusiasme mengandung makna bekerja dengan
semangat, ikhlas, dan tanggung jawab.
Menjadi
Pengawas yang Dicintai dan Diteladani Guru
Melalui tulisan ini
penulis mengajak para pengawas untuk berusaha menjadi pengawas yang dicintai
dan diteladani guru. Agar dicintai dan diteladani oleh guru seorang pengawas
harus memiliki kompetensi kepribadian yang bagus. Kompetensi kepribadian sangat
penting karena merupakan serangkaian karakteristik yang dinamis dan
terorganisasi yang dimiliki oleh seseorang yang secara unik mempengaruhi
kognisi, motivasi, tingkah laku. Berikut ini disajikan berbagai hal yang harus
dimiliki pengawas agar dapat menjadi pengawas yang dicintai oleh guru.
1. Bekepribadian dewasa
Untuk
melaksanakan tugas kepengawasan dengan baik seorang pengawas harus memiliki
kepribadian dewasa. Pengawas dalam melaksanakan ketugasan akan menghadapi
banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Oleh karena itu pengawas harus
berkepribadian tenang dan bijak. Penampilan pengawas yang tenang akan
menggambarkan kedewasaannya. Ia bisa menyelesaikan masalah dengan bijak, tidak
mudah terpengaruh dengan isu, tidak mudah goyah karena situasi yang kurang
menyenangkan.
Agar berkepribadian dewasa pengawas
perlu didukung dengan keprofesian yang mantap. Dengan tingkat keprofesian yang
baik pengawas akan berpenampilan tenang dan
percaya diri dalam melaksanakan tugasnya. Pengawas yang professional
akan mampu berdaya saing dan berdaya sanding.
2. Bangga sebagai pengawas
Pengawas
yang bangga akan profesinya akan mencintai tugasnya sehingga sanggup
melaksakanan tugas dengan penuh tanggung jawab dan komitmen. Seorang pengawas
yang bangga akan profesinya mempunyai kemauan untuk meningkatkan
keprofesiannya. Pengawas yang bangga akan profesinya akan sukses dalam tugasnya
sehingga bisa diteladani oleh guru. Keteladanan diri seorang pengawas akan
berpengaruh dan memberi warna yang cukup bagi guru-guru.
3. Pengawas harus disiplin
Pengawas harus bisa menjadi teladan bagi guru.
Kedisiplinan merupakan kesuksesan dalam melaksanakan tugasnya. Menurut
Poerwadarminta (dalam Chaerul Rochman: 2011) kedisiplinan adalah sikap mental
untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar
menghargai waktu.
Pengawas yang disiplin akan
memperoleh hasil yang jauh lebih banyak daripada yang tidak disiplin. Dia akan
dating tepat waktu dan melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dengan
didahului persiapan yang baik. Kedisiplinan pengawas akan tercermin dalam
sikapnya dalam menindaklanjuti tugas-tugas yang diembannya. Pengawas yang
disiplin melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya karena panggilan hati nurani,
bukan karena diperintahkan oleh atasan.
4. Berkomunikasi secara efektif
Pengawas
diharapkan mampu menempatkan dirinya sebagai mitra guru. Dengan posisi ini
diharapkan pengawas tidak membatasi komunikasinya dengan guru namun melakukan
komunikasi yang efektif dengan semua guru dan kepala sekolah. Pengawas harus
mampu membuka dirinya sebagai teman bagi guru dan tempat guru menyampaikan
permasalahan pembelajarannya. Namun tentu saja pengawas harus tetap menjaga
kewibawaannya sebagai sosok yang wajib diteladani bagi guru.
Berkomunikasi secara efektif dengan
semua guru sangat penting artinya dalam upaya meningkatkan keprofesian guru.
Dengan komunikasi efektif pengawas bisa memberikan bimbingan dengan baik. Pengawas
yang ramah dan menggunakan bahasa yang efektif akan diterima baik oleh guru. Gunakan
bahasa tubuh yang positif, misalnya tersenyum, gerakan tangan yang ekspresif
namun tidak berlebihan, anggukan, berjalan dengan langkah tegap dan percaya
diri, menggunakan intonasi yang bersahabat, dan antusias.
5. Perbaiki image dan kualitas diri
Agar dicintai guru seorang pengawas
harus professional. Perbaiki kualitas diri dengan memperbanyak ilmu
pengetahuan. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Berpartisipasi dalam forum
ilmiah baik sebagai peserta ataupun pembicara berdampak positif untuk
meningkatkan kualitas diri seorang pengawas.
6. Berpikir positif dan optimis
Dalam
melaksanakan tugas pengawas banyak mengalami masalah dan kendala. Anggaplah
masalah dan kendala tersebut sebagai tantangan. Apabila pengawas berhasil
mengelola masalah dan kendala sebagai suatu tantangan maka ia akan selalu
bersemangat dan gembira. Tidak semua keadaan yang dimiliki pengawas sesuai
dengan yang diharapkan. Untuk mengatasinya maka pengawas haru memandang kondisi
ini dengan positif dan menerima keadaan dengan besar hati. Pikiran yang
terbukadan mau menerima kritik dan saran akan
menciptakan segala sesuatu menjadi lebih baik. Hilangkanlah fikiran yang
negatif.
7.
Pengawas
sebagai agent of change
Pengawas
yang baik harus siap melakukan perubahan. Berubahlah mengikuti perkembangan
zaman. Pola pikir harus berubah dari paradigma lama menjadi paradigma baru.
Berfikirlah
ke depan dan jangan bersifat stagnant.
8. Berkepribadian stabil
Pribadi
pengawas yang stabil tentu sangat ditentukan oleh kestabilan emosi. Ia harus
mampu mengelola emosinya dengan baik. Emosi yang stabil sangat memperngaruhi
jiwa dan kewibaan pengawas. Kestabilan
emosi pengawas sangat berpengaruh terhadap proses kepengawasan. Pengawas yang
berkepribadian stabil akan mampu menciptakan suasana pembinaan yang efektif,
efisien, dan proporsional.
9. Berkepribadian arif dan penyabar
Kesabaran
adalah kunci sukses pembimbingan dan pembinaan. Sabar harus menjadi sifat yang
melekat pada pengawas. Pengawas yang sabar akan mudah diterima dan dicintai
guru. Sabar mempunyai makna aktif, bukan pasif. Pengawas yang sabar harus aktif
mengoptimalkan semua potensi guru untuk bisa berkembang.
Penutup
Pengawas sebagi
teladan bagi guru harus memiliki kepribadian yang baik agar dicintai dan
diteladani. Selain kompetensi guru yang terkait dengan kualitas dalam
pembelajaran, kompetensi kepribadian sangatlah penting. Pengawas perlu melatih diri dan membiasakan
melakukan perbaikan kepribdian seperti: bekepribadian dewasa, bangga sebagai
pengawas disiplin, berkomunikasi secara efektif, memperbaiki image dan kualitas
diri, sebagai agent of change, berkepribadian stabil, berkepribadian arif dan
penyabar. Seorang pengawas yang sudah biasa melakukan hal-hal ini akan bisa
menjadi teladan dan akhirnya akan dicintai guru-guru.
Daftar
Pustaka
Chaerul
Rochman, heri Gunawan (2011). Pengembang Kompetensi kepribadian Guru. Bandung:
Nuansa Cendekia
Nana
Syaodih Sukmadinata (1988). Landasan Psikologi proses pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya