Senin, 02 Maret 2015

MENJADI PENGAWAS YANG DICINTAI DAN DITELADANI GURU



MENJADI PENGAWAS YANG DICINTAI DAN DITELADANI GURU
Oleh
Aris Priyanto  
Pengawas SMA, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
Pendahuluan
Ketika mengawali tugas kepengawasan, penulis memberikan pertanyaan ‘apa yang muncul di benak anda tentang pengawas’ kepada guru-guru dalam suatu acara pembimbingan. Pertanyaan yang dijawab secara brainstorming tersebut ternyata mengagetkan penulis. Jawaban yang muncul adalah sederetan kata-kata yang mengindikasikan kesan kurang baik terhadap pengawas: menakutkan, kaku, kurang komunikatif, jarang berkunjung ke sekolah, rumit, dan sebagainya. Kata-kata tersebut merupakan karakteristik dari paradigm lama pengawas. Hal ini menyadarkan penulis untuk menghindari karakteristik tersebut dan berniat menjadi pengawas dengan paradigm baru. Pada akhir diskusi dengan guru-guru tersebut mereka menyampai keinginannya untuk mempunyai pengawas yang dicintai dan diteladani oleh guru.
Bukan menjadi rahasia lagi bahwa jabatan pengawas hingga kini masih kurang banyak diminati. Banyak guru bercita-cita ingin menjadi kepala sekolah namun sedikit dari mereka yang ingin menjadi pengawas. Sejumlah kepala sekolah enggan menjadi pengawas, meskipun secara struktural jabatan pengawas lebih tinggi dibanding jabatan kepala sekolah. Banyak orang melihat sebelah mata pada jabatan pengawas namun lebih mengagungkan jabatan kepala sekolah.  Hal ini karena kepala sekolah dianggap relatif lebih sejahtera dibanding menjadi pengawas. Pengawas oleh banyak pihak kerap disebut ‘jendral berpenghasilan kopral’. Ada juga yang menyebut pengawas sebagai ‘pohon tinggi buahnya jarang’. Oleh karena itu pengawas juga perlu selalu sadar jika menjadi pengawas tidak akan mungkin kaya, kalau ingin kaya jangan jadi pengawas: jadilah pedagang atau pengusaha! Ketika menyandang jabatan pengawas seseorag harus benar-benar ikhlas bekerja dengan penuh komitmen dan ketulusan tanpa memikirkan berapa rejeki yang akan diterima. Rejeki akan mengalir sesuai dengan tingkat keprofesian pengawas.
Hal yang menurunkan citra pengawas salah satunya karena diantara pengawas banyak yang tidak bangga sebagai pengawas padahal kunci utama kesuksesan seorang pengawas adalah jika ia bangga sebagai pengawas. Dengan ‘bangga sebagai pengawas’ ia akan bekerja dengan penuh antusias.  Antusiasme mengandung makna bekerja dengan semangat, ikhlas, dan tanggung jawab.
Menjadi Pengawas yang Dicintai dan Diteladani Guru
Melalui tulisan ini penulis mengajak para pengawas untuk berusaha menjadi pengawas yang dicintai dan diteladani guru. Agar dicintai dan diteladani oleh guru seorang pengawas harus memiliki kompetensi kepribadian yang bagus. Kompetensi kepribadian sangat penting karena merupakan serangkaian karakteristik yang dinamis dan terorganisasi yang dimiliki oleh seseorang yang secara unik mempengaruhi kognisi, motivasi, tingkah laku. Berikut ini disajikan berbagai hal yang harus dimiliki pengawas agar dapat menjadi pengawas yang dicintai oleh guru.

1.      Bekepribadian dewasa
            Untuk melaksanakan tugas kepengawasan dengan baik seorang pengawas harus memiliki kepribadian dewasa. Pengawas dalam melaksanakan ketugasan akan menghadapi banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Oleh karena itu pengawas harus berkepribadian tenang dan bijak. Penampilan pengawas yang tenang akan menggambarkan kedewasaannya. Ia bisa menyelesaikan masalah dengan bijak, tidak mudah terpengaruh dengan isu, tidak mudah goyah karena situasi yang kurang menyenangkan.
            Agar berkepribadian dewasa pengawas perlu didukung dengan keprofesian yang mantap. Dengan tingkat keprofesian yang baik pengawas akan berpenampilan tenang dan  percaya diri dalam melaksanakan tugasnya. Pengawas yang professional akan mampu berdaya saing dan berdaya sanding.
2.      Bangga sebagai pengawas
            Pengawas yang bangga akan profesinya akan mencintai tugasnya sehingga sanggup melaksakanan tugas dengan penuh tanggung jawab dan komitmen. Seorang pengawas yang bangga akan profesinya mempunyai kemauan untuk meningkatkan keprofesiannya. Pengawas yang bangga akan profesinya akan sukses dalam tugasnya sehingga bisa diteladani oleh guru. Keteladanan diri seorang pengawas akan berpengaruh dan memberi warna yang cukup bagi guru-guru.
3.      Pengawas harus disiplin
            Pengawas harus bisa menjadi teladan bagi guru. Kedisiplinan merupakan kesuksesan dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Poerwadarminta (dalam Chaerul Rochman: 2011) kedisiplinan adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu.
            Pengawas yang disiplin akan memperoleh hasil yang jauh lebih banyak daripada yang tidak disiplin. Dia akan dating tepat waktu dan melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dengan didahului persiapan yang baik. Kedisiplinan pengawas akan tercermin dalam sikapnya dalam menindaklanjuti tugas-tugas yang diembannya. Pengawas yang disiplin melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya karena panggilan hati nurani, bukan karena diperintahkan oleh atasan.
4.      Berkomunikasi secara efektif
            Pengawas diharapkan mampu menempatkan dirinya sebagai mitra guru. Dengan posisi ini diharapkan pengawas tidak membatasi komunikasinya dengan guru namun melakukan komunikasi yang efektif dengan semua guru dan kepala sekolah. Pengawas harus mampu membuka dirinya sebagai teman bagi guru dan tempat guru menyampaikan permasalahan pembelajarannya. Namun tentu saja pengawas harus tetap menjaga kewibawaannya sebagai sosok yang wajib diteladani bagi guru.
            Berkomunikasi secara efektif dengan semua guru sangat penting artinya dalam upaya meningkatkan keprofesian guru. Dengan komunikasi efektif pengawas bisa memberikan bimbingan dengan baik. Pengawas yang ramah dan menggunakan bahasa yang efektif akan diterima baik oleh guru. Gunakan bahasa tubuh yang positif, misalnya tersenyum, gerakan tangan yang ekspresif namun tidak berlebihan, anggukan, berjalan dengan langkah tegap dan percaya diri, menggunakan intonasi yang bersahabat, dan antusias.
5.      Perbaiki image dan kualitas diri
            Agar dicintai guru seorang pengawas harus professional. Perbaiki kualitas diri dengan memperbanyak ilmu pengetahuan. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Berpartisipasi dalam forum ilmiah baik sebagai peserta ataupun pembicara berdampak positif untuk meningkatkan kualitas diri seorang pengawas.
6.      Berpikir positif dan optimis
            Dalam melaksanakan tugas pengawas banyak mengalami masalah dan kendala. Anggaplah masalah dan kendala tersebut sebagai tantangan. Apabila pengawas berhasil mengelola masalah dan kendala sebagai suatu tantangan maka ia akan selalu bersemangat dan gembira. Tidak semua keadaan yang dimiliki pengawas sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengatasinya maka pengawas haru memandang kondisi ini dengan positif dan menerima keadaan dengan besar hati. Pikiran yang terbukadan mau menerima kritik dan saran akan  menciptakan segala sesuatu menjadi lebih baik. Hilangkanlah fikiran yang negatif.
7.      Pengawas sebagai agent of change
            Pengawas yang baik harus siap melakukan perubahan. Berubahlah mengikuti perkembangan zaman. Pola pikir harus berubah dari paradigma lama menjadi paradigma baru.
Berfikirlah ke depan dan jangan bersifat stagnant.
8.      Berkepribadian stabil
            Pribadi pengawas yang stabil tentu sangat ditentukan oleh kestabilan emosi. Ia harus mampu mengelola emosinya dengan baik. Emosi yang stabil sangat memperngaruhi jiwa  dan kewibaan pengawas. Kestabilan emosi pengawas sangat berpengaruh terhadap proses kepengawasan. Pengawas yang berkepribadian stabil akan mampu menciptakan suasana pembinaan yang efektif, efisien, dan proporsional.
9.      Berkepribadian arif dan penyabar
            Kesabaran adalah kunci sukses pembimbingan dan pembinaan. Sabar harus menjadi sifat yang melekat pada pengawas. Pengawas yang sabar akan mudah diterima dan dicintai guru. Sabar mempunyai makna aktif, bukan pasif. Pengawas yang sabar harus aktif mengoptimalkan semua potensi guru untuk bisa berkembang.
Penutup
            Pengawas sebagi teladan bagi guru harus memiliki kepribadian yang baik agar dicintai dan diteladani. Selain kompetensi guru yang terkait dengan kualitas dalam pembelajaran, kompetensi kepribadian sangatlah penting.  Pengawas perlu melatih diri dan membiasakan melakukan perbaikan kepribdian seperti: bekepribadian dewasa, bangga sebagai pengawas disiplin, berkomunikasi secara efektif, memperbaiki image dan kualitas diri,  sebagai agent of change, berkepribadian stabil, berkepribadian arif dan penyabar. Seorang pengawas yang sudah biasa melakukan hal-hal ini akan bisa menjadi teladan dan akhirnya akan dicintai guru-guru.
           
Daftar Pustaka
Chaerul Rochman, heri Gunawan (2011). Pengembang Kompetensi kepribadian Guru. Bandung: Nuansa Cendekia

Nana Syaodih Sukmadinata (1988). Landasan Psikologi proses pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya