ABSTRAKSI
Telah dilakukan kajian
mengenai psikologi olahraga dan peranan olahraga bagi perkembangan fisik dan psikis anak-anak. Kajian
bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai psikologi olahraga dan manfaat
berolahraga bagi anak-anak.
Psikologi olahraga adalah
ilmu yang mempelajari mengenai proses mental dan kejiwaan seseorang berkaitan
dengan aktifitas olahraga yang dijalaninya. Psikologi olahraga di Indonesia
masih luas cakupannya dan perlu untuk dikembangkan lebih lanjut. Olahraga bagi
anak memiliki dampak positif baik perkembangan fisik maupun psikis. Anak yang
teratur berolahraga akan berkembang dengan baik sesuai dengan umur serta akan
tumbuh menjadi pribadi yang bermental kuat. Ada beberapa tahapan latihan fisik
yang bisa diterapkan untuk anak-anak sesuai dengan tahapan umurnya.
Psikologi olahraga
ternyata memiliki peran penting untuk menjaga keseimbangan antara kesehatan
jasmani dan rohani seseorang. Dan berolahraga ternyata terbukti memberikan
dampak positif yang mendukung perkembangan fisik serta psikis anak-anak.
Kata kunci : psikologi olahraga, manfaat olahraga,
ksehatan jasmani dan rohani
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang semakin pesat dewasa ini, telah mempengaruhi dunia
di segala bidang. Persaingan dirasa semakin ketat di mana masyarakat
berlomba-lomba untuk mencari celah keuntungan demi menghidupi keluarganya. Oleh
karena itu, tak jarang kita temui orangtua yang sibuk bekerja sepanjang hari
dan mempercayakan perawatan anak sepenuhnya kepada para pembantu. Kesibukan
orangtua membuat anak-anak cenderung pasif dengan bermain game atau playstation di
rumah daripada aktif secara fisik atau berolahraga di luar rumah.
Berbagai penelitian telah menyebutkan bahwa olahraga bagi anak-anak sangat penting
untuk dilakukan karena dapat menunjang pertumbuhan serta perkembangan anak. Sementara
gaya hidup yang pasif atau kurang gerak, kurang latihan otot berisiko tinggi terserang
penyakit metabolisme seperti obesitas dan diabetes serta penyakit degenerasi
seperti osteoporosis dan jantung koroner.
Untuk itu makalah ini akan membahas mengenai manfaat olahraga bagi
perkembangan secara fisik maupun psikis. Sesuai arah tema, batasan pembahasan dalam makalah ini adalah olahraga
untuk anak-anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan psikologi
olahraga?
2. Apa manfaat olahraga bagi anak-anak secara
fisik?
3. Apa manfaat olahraga bagi anak-anak secara
psikis?
4. Olahraga jenis apakah yang cocok untuk
diterapkan pada anak-anak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud psikologi
olahraga.
2. Untuk mengetahui manfaat olahraga bagi
anak-anak secara fisik.
3. Untuk mengetahui manfaat olahraga bagi
anak-anak secara psikis.
4. Untuk mengetahui olahraga jenis apa saja
yang cocok diterapkan pada anak-anak.
II. ISI
A. Pengertian Anak, Perkembangan Fisik dan
Psikis serta Psikologi
Pengertian anak dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu anak sebagai fenomena
biologis (psikologis) serta anak sebagai fenomena sosial (legal). Anak sebagai
fenomena biologis dipresepsikan sebagai manusia yang masih berada dalam tahap
perkembangan yang belum mencapai tingkat yang utuh. Kondisi fisik, organ
reproduktif, kemampuan motorik, kemampuan mental dan psiko-sosialnya dianggap
masih belum selesai. Sebagai fenomena sosial (dan legal), anak, karena tingkat
perkembangan mental dan psikososialnya, dianggap tidak mempunyai kapasitas
untuk melakukan tindak sosial (legal) tertentu (Mohammad Farid, 1999)
Memahami
anak dari perspektif biologis (dan psikologis), kategori anak biasa di
sub-klasifikasikan kedalam beberapa tingkat perkembangan seperti masa bayi,
balita, kanak-kanak, remaja awal, remaja akhir, dst. Namun sebagai fenomena sosial (legal),
sub-klasifikasi seperti itu tidak dikenal. Dalam perspektif legal, anak merupakan satu
fenomena tunggal. Dalam hal ini anak hanya dipertentangkan dengan orang dewasa
yang dianggap sudah sepenuhnya mampu melakukan tindakan (legal) tertentu.
Perbedaan antara anak dan orang dewasa biasanya dipatok dengan batas umur
tertentu.
Batasan
umur anak sesuai dengan piagam PBB yang juga telah disahkan oleh UU PA pasal
22, ialah kurang dari 18 tahun.
Sedangkan physics atau fisik bisa diartikan
sesuatu yang berkaitan dengan badan, raga. Perkembangan fisik berarti pertambahan
volume dan ukuran sel-sel penyusun tubuh secara bertahap dan berkesinambungan
serta bersifat irreversible (tidak
dapat balik) Perkembangan fisik merupakan perkembangan secara kuantitas, oleh
karena itu bisa dipantau dari aktivitas badan, pertambahan tinggi badan serta
pertambahan berat badan sesuai dengan umurnya. Sebagai contoh : tahapan bayi
berusia 5 bulan sudah mulai bisa tengkurap,
tahapan balita berusia 4 tahun rata-rata memiliki berat ideal 15 kg, dst.
Psikis
berarti sesuatu yang berhubungan dengan kondisi mental atau kejiwaan seseorang.
Sedang ilmu yang mempelajari mengenai gejala dan kegiatan jiwa proses mental,
baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku seseorang adalah
psikologi. Perkembangan psikis dapat diartikan sebagai proses pematangan cara
berpikir, memahami sesuatu dan pendewasaan individu. Perkembangan psikis
merupakan perkembangan secara kualitatif oleh karena itu tidak dapat diukur
secara materiil namun dapat diukur secara immateriil. Sebenarnya, tidak ada
tahapan secara jelas mengenai perkembangan psikis ini karena satu individu
dengan individu lain memiliki cara dan waktu yang berbeda dalam mencapai
perkembangan psikis optimalnya.
B. Psikologi Olahraga
Mengacu pada penjelasan di subbab sebelumnya, psikologi
olahraga bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari proses mental atau
kejiwaan dalam kaitannya dengan aktivitas berolahraga. Untuk lebih jelasnya,
kita dapat melihat teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
psikologi olahraga berikut ini.
Weinberg dan Gould (1995) memberikan pandangan
yang hampir serupa atas psikologi olahraga dan psikologi latihan (exercise
psychology), karena banyak kesamaan dalam pendekatannya, namun beberapa
peneliti lain (Anshel, 1997; Seraganian, 1993; Willis & Campbell, 1992)
secara lebih tegas membedakan psikologi olahraga dengan psikologi latihan.
Weinberg
dan Gould, (1995) mengemukakan bahwa psikologi olahraga dan psikologi latihan
memiliki dua tujuan dasar: mempelajari bagaimana faktor psikologi mempengaruhi
performance fisik individu memahami bagaimana partisipasi dalam olahraga dan
latihan mempengaruhi perkembangan individu termasuk kesehatan dan kesejahteraan
hidupnya.
Di samping
itu, mereka mengemukakan bahwa psikologi olahraga secara spesifik diarahkan
untuk: membantu para professional dalam membantu atlet bintang mencapai
prestasi puncak, membantu anak-anak, penderita cacat dan orang tua untuk bisa
hidup lebih bugar, meneliti faktor psikologis dalam kegiatan latihan dan memanfaatkan
kegiatan latihan sebagai alat terapi, misalnya untuk terapi depressi (Weinberg
& Gould, 1995).
Sekalipun
belum begitu jelas letak perbedaannya, Weiberg dan Gould (1995) telah berupaya
untuk menjelaskan bahwa psikologi olahraga tidak sama dengan psikologi latihan.
Namun dalam prakteknya biasanya memang terjadi saling mengisi, dan kaitan
keduanya demikian eratnya sehingga menjadi sulit untuk dipisahkan. Tetapi Seraganian
(1993) serta Willis dan Campbell (1992) secara lebih tegas mengemukakan bahwa
secara tradisional penelitian dan praktik psikologi olahraga diarahkan pada
hubungan psikofisiologis misalnya responsi somatik mempengaruhi kognisi, emosi
dan performance. Sedangkan psikologi latihan diarahkan pada aspek kognitif,
situasional dan psikofisiologis yang mempengaruhi perilaku pelakunya, bukan
mengkaji performance olahraga seorang atlet. Adapun topik dalam psikologi latihan
misalnya mencakup dampak aktivitas fisik terhadap emosi pelaku serta
kecenderungan (disposisi) psikologi, alasan untuk ikut serta atau menghentikan
kegiatan latihan olahraga, perubahan pribadi sebagai dampak perbaikan kondisi tubuh
atas hasil latihan olahraga dan lain sebagainya (Anshel, 1997).
Jelaslah
kini bahwa psikologi olahraga lebih diarahkan para kemampuan prestatif
pelakunya yang bersifat kompetitif; artinya, pelaku olahraga, khususnya atlet,
mengarahkan kegiatannya olahraganya untuk mencapai prestasi tertentu dalam
berkompetisi, misalnya untuk menang. Sedangkan psikologi latihan lebih terarah
pada upaya membahas masalah-masalah dampak aktivitas latihan olahraga terhadap
kehidupan pribadi pelakunya. Dengan kata lain, psikologi olahraga lebih terarah
pada aspek sosial dengan keberadaan lawan tanding, sedangkan psikologi latihan
lebih terarah pada aspek individual dalam upaya memperbaiki kesejahteraan psikofisik
pelakunya.
Sekalipun
demikian, kedua bidang ini demikian sulit untuk dipisahkan, karena individu
berada di dalam konteks sosial dan sosial terbentuk karena adanya individu-individu.
Di samping itu kedua bidang ini melibatkan aspek psikofisik dengan aktivitas
aktivitas yang serupa, dan mungkin hanya berbeda intensitasnya saja karena
adanya faktor kompetisi dalam olahraga.
Untuk
lingkup yang lebih sempit, psikologi olahraga anak berbatas pada macam olahraga
yang tersedia bagi kebutuhan anak-anak. Bahkan psikologi olahraga anak di
Indonesia belum berkembang secara pesat bila dibandingkan dengan psikologi
olahraga dewasa atau umum. Hal ini mungkin disebabkan oleh belum munculnya
minat sungguh-sungguh anak untuk menjadi pelakon olahraga pada anak-anak. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi fenomena ini. Seperti anggapan bahwa menjadi
atlet itu susah pada masa tuanya, ketakutan untuk menjalani latihan disiplin
atlet, dll.
C. Peranan Olahraga bagi Perkembangan Fisik
Anak-anak
Secara
umum, berolahraga memberikan
peluang bagi anak untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Membiasakan
anak-anak untuk berolahraga secara rutin akan memberikan banyak dampak positif
bagi perkembangan fisik anak. Karena selain memberikannya contoh baik yang akan
dibawa hingga dewasa nanti, latihan fisik sejak balita bermanfaat untuk
pertumbuhan dan kepadatan tulang, paru-paru, otot, keseimbangan, koordinasi, kelenturan,
kekuatan, ketahanan otot dan komposisi tubuh pada anak.
Karena
sistem metabolisme lancar, secara tidak langsung, olahraga juga turut
mengaktifkan kerja sistem kekebalan tubuh. Sel-sel antibodi akan siap terbentuk
sehingga anak tidak mudah terserang infeksi bakteri maupun virus.
Pada
dasarnya, latihan fisik untuk anak harus seimbang dan meliputi beberapa jenis
latihan. Sebagai contoh, latihan aerobik untuk melatih sistem jantung dan paru,
latihan beban untuk menngkatkan kekuatan dan daya tahan otot, latihan
fleksibilitas untuk meningkatkan kelenturan sendi serta latihan keseimbangan
dan koordinasi untuk kemampuan mengintegrasikan mata, tangan dan kaki secara
efektif.
Contoh
lain, latihan berenang akan merangsang pertumbuhan tinggi badan.
Gerakan-gerakan yang terdapat pada olahraga berenang memang ditujukan untuk
menguatkan, mengulur otot, memaksimalkan kapasitas paru-paru serta membentuk
tubuh yang sesuai anatominya. Sehingga penyakit asma dan kelainan-kelainan
tulang belakang seperti skoliosis, lordosis atau kifosis dapat dihindari.
Tahapan
awal untuk latihan fisik anak ialah melatih gerakan-gerakan dasar seperti jalan,
lari, lompat, meluncur dan merangkak. Kemudian dilanjutkan dengan melatih
gerakan-gerakan ketangkasan atau ketrampilan dasar seperti melempar, menangkap
dan menendang. Yang perlu diperhatikan adalah penyesuaian jenis latihan dengan
tahapan umur.
Setelah
anak mencapai usia tertentu yang memungkinkannya untuk mengkombinasikan semua
tahapan awal latihan di atas, sang anak mulai dapat diperkenalkan dengan jenis
olahraga terstruktur. Olahraga terstruktur adalah jenis permainan olahraga yang
memiliki aturan-aturan khusus yang harus ditaati oleh pemain. Misal, badminton,
kasti, sepakbola, basket, dll.
Sedangkan
frekuensi latihan untuk anak yang disarankan ialah sekitar 2-3 kali seminggu.
Namun disarankan agar anak tidak melakukan kegiatan fisik tersebut pada hari
yang berurutan. Mungkin sang anak juga bisa menjadi anggota suatu klub olahraga
yang disenanginya. Jangan memaksakan
atau memforsir anak mengikuti suatu klub olahraga jika memang tidak mau.
Prinsip fun dalam olahraga seyogyanya
benar-benar bisa dihayati oleh anak. Karena kalau tidak, hanya akan menjadi
beban bagi anak-anak.
D. Peranan Olahraga bagi Perkembangan Psikis
Anak-anak
Olahraga
sejak dini secara umum dapat melatih interaksi sosial, sikap mental dan
perilaku yang baik seperti disiplin, percaya diri, sportivitas dan kerjasama
anak. Permainan-permainan yang terdapat pada olahraga mengajarkan hal-hal
tersebut.
Permainan
tunggal seperti badminton tunggal atau tenis tunggal dimana anak diharuskan
untuk bermain sendirian, tidak ada partner atau tim yang membantu dalam
pertandingan, melatih anak untuk bermental kuat: mandiri, percaya pada diri
sendiri, berani serta tidak mudah menyerah. Di dalam setiap pertandingan
anak-anak juga diajarkan untuk fokus pada suatu tujuan demi memenangkan
pertandingan. Nalar anak juga sedikit demi sedikit akan berkembang untuk
mencermati setiap peluang dan menganalisisnya dengan baik. Namun, jika suatu
waktu sang anak harus mengalami kekalahan, ia akan belajar menerima kegagalan
tersebut. Tidak dengan menangis tapi dengan menjadikannya suatu pembelajaran,
introspeksi diri yang akan memperkaya pengetahuannya.
Sementara
permainan jenis beregu akan memberi dampak psikis pada anak seperti interaksi
sosial yang baik. Interaksi sosial yang baik ditandai dengan baiknya komunikasi
anak atau anak tidak kesulitan dalam mengemukakan pendapat pribadinya. Daya
analisis anak juga akan meningkat mengingat banyaknya pemain dalam satu tim.
Jika dalam permainan tunggal seorang anak cukup menganalisis kemampuan dirinya
sendiri serta lawan tandingnya, maka dalam permainan beregu seorang anak harus
menganalisis kemampuan dirinya sendiri beserta
anggota tim dan tim lawan. Demi satu tujuan yaitu, memenangkan pertandingan
dalam permainan beregu sang anak mau tidak mau juga harus belajar untuk
bekerjasama serta toleransi terhadap teman satu tim. Rasa egois yang mungkin
terdapat pada anak perlahan akan hilang digantikan oleh rasa kebersamaan.
Melalui olahraga
beregu, seorang anak juga belajar untuk berperan aktif untuk memberikan
kontribusi sosial bagi kelompoknya. Di samping itu, dalam permainan olahraga
anak juga belajar menjalankan perannya, baik yang berkaitan dengan jender
(jenis kelamin) maupun yang berkaitan dengan peran dalam kelompok bermainnya.
Misalnya dalam permainan sepakbola, ada yang berperan sebagai kapten yang
bertugas memimpin anggota lain, sedang yang lain menjalankan peran sebagai
pendukung. Dalam hubungannya dengan jender, anak-anak melakukan permainan
stereotype sesuai dengan budaya dan masyarakat setempat. Misalnya, anak-anak
perempuan gemar berolahraga senam atau berenang sementara anak laki-laki
berolahraga sepakbola atau basket.
E. Jenis Olahraga
yang Cocok untuk Diterapkan pada Anak Usia Tertentu
1. Umur 2-3 tahun.
Olahraga yang sifatnya belum terstruktur, seperti
berlari, berayun-ayun, memanjat, dan bermain air. Pada usia 2 tahun, anak sudah
mampu melompat dengan satu atau kedua kaki, dan berlari. Pada usia 3 tahun, ia
sudah bisa berubah-ubah arah (dari kanan ke kiri, dari depan ke belakang)
dengan mudah. Umumnya, anak belum siap untuk bergabung ke dalam olahraga yang
berstruktur atau terlibat dalam aktivitas yang sarat kompetisi.
2. Umur 4-5 tahun.
Biasanya, anak sudah bisa menggelindingkan bola
besar, menangkap bola serta piawai dengan sepeda roda tiga. Ia juga mulai suka
berenang atau bersenam (tanpa diprogram).
3. Umur 5-6 tahun
Banyak ketrampilan yang sudah dikuasai
oleh anak , termasuk baris-berbaris, latihan keseimbangan (berjalan di atas
titian balok), memanjat, berayun, bergelantungan, berguling, berputar, dll.
4. Umur 6 tahun ke atas
Anak seusia ini, sudah dapat menggabungkan
kemampuan-kemampuan motorik dasar meski belum sempurna. Olahraga terstruktur
seperti badminton, basket, bisa mulai dikenalkan.
III. Penutup
Dari pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa psikologi olahraga di Indonesia belum
begitu berkembang dan masih luas cakupannya sehingga dirasa kurang efektif.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan lagi psikologi olahraga sehingga bidang
olahraga di Indonesia bisa lebih maju lagi. Selain itu, diketahui pula bahwa
olahraga memiliki peranan penting untuk perkembangan fisik serta psikis
anak-anak. Dan untuk lebih
mengoptimalkan potensi, beberapa jenis olahraga dpat diterapkan untuk anak-anak
usia tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar